Idulfitri

Begini 9 Cara Rasulullah Merayakan Idul Fitri

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum sholat Idul Fitri. Ada yang menyebut fardhu 'ain, sunnah muakkad, ataupun fardhu kifayah.

Editor: Nur Nihayati
SERAMBINEWS.COM/HENDRI
ILUSTRASI SHALAT IED - Ilustrasi shalat ied dan suasana jamaah shalat Idul Fitri 1444 H di Lapangan Blangpadang Banda Aceh, Sabtu (22/4/2023) 

Jika sebelum keluar rumah belum sempat mengonsumsi makanan untuk berbuka, diperbolehkan melakukannya ketika dalam perjalanan atau telah sampai di tempat salat ketika kondisi memungkinkan. Jika tidak makan, mengonsumsi minuman juga dihitung sama dengan makan.

3. Membayar Zakat Fitrah

Zakat di dalam Islam merupakan salah satu rukun Islam yang hukumnya wajib untuk dilaksanakan. Banyak sekali kegunaan zakat bagi orang-orang yang membutuhkan.

Jelang Idul Fitri, umat muslim diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah.

Kewajiban membayar zakat fitrah ini dijelaskan dalam hadis yang memiliki arti sebagai berikut ini.

“Rasulullah Saw memerintahkan zakat fitrah kepada orang-orang di bulan Ramadan kepada manusia satu sha’ dari tamar (dua setengah kilo beras) atas orang-orang yang merdeka atau hamba laki-laki atau perempuan” (Al -Hadis).

Waktu pembayaran zakat fitrah adalah sejak awal Ramadan hingga sebelum shalat Idul Fitri.

Waktu terbaik untuk membayar zakat fitrah adalah setelah shalat subuh pada hari Idul Fitri hingga sebelum shalat Idul Fitri.

4. Berjalan Kaki ke Tempat Shalat Id

Jika tempat Shalat Id tidak terlalu jauh, disunahkan untuk berjalan kaki menuju musala, masjid, atau tanah lapang tempat diselenggarakannya salat Idulfitri.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Ali bin Abi Thalib, dia berkata, “Termasuk sunah Rasulullah Saw adalah keluar menuju tempat salat Idulfitri dengan berjalan kaki” (H.R. Tirmidzi).

5. Berangkat dan Pulang Melewati Jalan yang Berbeda

Diriwayatkan dari Muhammad bin Ubaidillah bin Abi Rafi’ dari ayahnya dari kakeknya, “Rasulullah Saw mendatangi salat Idulfitri dengan berjalan kaki dan beliau pulang melalui jalan lain dari yang dilaluinya ketika pergi” (H.R. Ibnu Majah).

Salah satu hikmah yang menyebabkan Rasulullah Saw membedakan antara jalan pergi dan pulang adalah agar banyak bagian bumi yang menjadi saksi bagi kita ketika beramal.

“Jalan yang kita tempuh berbeda, sehingga bekas yang timbul dari pejalanan kita tidak terekam di satu titik, tetapi terekam juga di tempat yang berbeda”.

Halaman
1234
Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved