Idulfitri

Begini 9 Cara Rasulullah Merayakan Idul Fitri

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum sholat Idul Fitri. Ada yang menyebut fardhu 'ain, sunnah muakkad, ataupun fardhu kifayah.

Editor: Nur Nihayati
SERAMBINEWS.COM/HENDRI
ILUSTRASI SHALAT IED - Ilustrasi shalat ied dan suasana jamaah shalat Idul Fitri 1444 H di Lapangan Blangpadang Banda Aceh, Sabtu (22/4/2023) 

6. Mengumandangkan Takbir

Mengumandang takbir atau takbiran pada hari raya Idulfitri adalah sesuatu yang disyariatkan oleh agama.

Ada dua pendapat dari ulama mengenai waktu dimulainya takbiran, yaitu dimulai sejak malam setelah magrib satu hari sebelum salat Idulfitri dan saat pagi hari ketika menuju salat Idulfitri.

Berbeda halnya dengan Iduladha, kumandang takbir juga digemakan saat hari tasrik hingga 13 Dzulhijah. Pada Idulfitri, tidak ada lagi takbir setelah salat selesai dilakukan.

Muhammadiyah sendiri dalam situs resminya menjelaskan jika lafaz takbir Idulfitri yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw adalah sebagai berikut.

a. Lafaz takbir Idulfitri seperti disandarkan kepada Ibn Mas’ud, ‘Umar ibn al-Khattab, dan ‘Ali ibn Abi Thalib, di antaranya adalah sebagai berikut:

اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ.

“Allahu akbar allahu akbar, la ilaha illallah wallahu akbar alllahu akbar walillahil hamd”.

Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan bagi Allah-lah segala puji”.

Ucapan Allahu Akbar dalam takbir salat Idulfitri dalam redaksi hadis di atas jelas hanya diucapkan dua kali, tidak tiga kali.

b. Lafaz takbir Idulfitri sesuai hadis riwayat Abdur Razaq dari Salman dengan sanad yang sahih, yang mengatakan sebagai berikut:

كَبِّرُوْا، اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا

Artinya: “Bertakbirlah: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Sungguh Maha Besar” (lihat Ash-Shan’aniy, Subul as-Salam, Juz II: 76)

كَبِّرُوْا، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا

Artinya: “Bertakbirlah: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Sungguh Maha Besar” (lihat Al-Baihaqi, Sunan al-Kubra, Juz III: 316).

Sementara itu, ada pula bacaan takbir yang lebih panjang lagi. Berikut lafaz lengkapnya.

اللّه أكْبَرُ كَبيراً، والحَمْدُ لِلَّهِ كَثيراً، وَسُبْحانَ اللَّهِ بُكْرَةً وأصِيلاً، لا إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَلا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدينَ وَلَوْ كَرِهَ الكافِرُون، لا إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الأحْزَابَ وَحْدَهُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللّه واللَّهُ أكْبَرُ

“Allahu akbar kabira, wal hamdulillahi katsira, wa subhanallahi bukrataw wa ashila, la ilaha illallah, wa la na’budu iyyahu mukhlisina lahud din, wa law karihal kafirun, la ilaha illlallah wahdah, shadaqa wa’dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzab wahdah, la ilaha illallah wallahu akbar”.

Namun demikian, Muhammadiyah berpendapat jika belum menemukan dasar atau dalil yang secara jelas menuntunkan bertakbir hari raya dengan lafaz demikian.

7. Mendatangi Keramaian

Salah satu cara menyemarakkan Idulfitri adalah dengan mendatangi keramaian dan bergembira bersama sesama muslim.

Diceritakan bahwa suatu waktu Rasulullah Saw menemani Aisyah mendatangi sebuah pertunjukan atraksi tombak dan perisai.

Saking senangnya, Aisyah sampai menjengukkan kepalanya di atas bahu Rasulullah Saw hingga dia selesai menyaksikan pertunjukan tersebut dengan puas.

8. Saling Mengucapkan Selamat

Termasuk sunah yang baik yang bisa dilakukan pada hari Idulfitri adalah saling mengucapkan selamat.

Selamat di sini baiknya dalam bentuk doa seperti dengan ucapan “taqabbalallahu minna wa minkum” (semoga Allah SWT menerima amalan kami dan kalian). Ucapan seperti itu sudah dikenal pada masa salaf dahulu.

فعن جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك

Dari Jubair bin Nufair, dia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah Saw berjumpa dengan hari ‘ied (Idulfitri atau Iduladha, pen), satu sama lain saling mengucapkan, “Taqabbalallahu minna wa minka (Semoga Allah SWT menerima amalku dan amal kalian)”. Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan (Fath Al-Bari, 2: 446).

Imam Ahmad rahimahullah berkata sebagai berikut.

وَلَا بَأْسَ أَنْ يَقُولَ الرَّجُل لِلرَّجُلِ يَوْمَ الْعِيدِ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك

“Tidak mengapa (artinya: boleh-boleh saja) satu sama lain pada hari raya Idulfitri mengucapkan: Taqobbalallahu minna wa minka” (Al-Mughni, 2: 250).

Namun, ucapan selamat pada hari raya sebenarnya tidak diberi aturan ketat di dalam syariat Islam. Ucapan apapun yang diutarakan selama maknanya tidak keliru asalnya bisa dipakai.

9. Silaturahmi

Setelah melaksanakan Shalat Id, Rasulullah Saw mendatangi tempat keramaian dan mengunjungi rumah sahabat.

Ya, tradisi silaturahmi saling mengunjungi saat hari raya Idulfitri sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw.

Ketika Idulfitri tiba, Rasulullah Saw mengunjungi rumah para sahabatnya. Begitu pun para sahabatnya. Pada kesempatan ini, Rasulullah Saw dan sahabatnya saling mendoakan kebaikan satu sama lain.

Itulah penjelasan singkat mengenai amalan-amalan sunnah Idul Fitri.


Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul 9 Cara Rasulullah Merayakan Idul Fitri,

Berita terkait lainnya

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved