Kupi Beungoh
Ulama Mapan, Islam Kuat, Perintah Rasulullah yang Terlupakan
"Ketika akhir zaman sudah tiba, maka ukuran agama dan dunia manusia adalah dirham dan dinar."
Hadits ini menegaskan bahwa pada akhir zaman, uang akan menjadi standar utama dalam kehidupan manusia, baik dalam urusan agama maupun dunia.
Sehingga, keberadaan ekonomi yang kuat menjadi faktor penting bagi eksistensi seseorang, termasuk ulama dan lembaga pendidikan Islam seperti dayah.
Jika ulama hanya bergantung pada sumbangan tanpa memiliki kekuatan finansial sendiri, maka mereka akan kehilangan suara dan pengaruh dalam masyarakat.
Sebaliknya, dengan kesejahteraan yang baik, ulama bisa lebih independen dalam menyampaikan dakwah tanpa harus tunduk kepada kepentingan pihak tertentu.
Syekh Abdurrauf al-Munawi dalam Faidhul Qadir Syarh Jami’is Shaghir juga menegaskan bahwa memiliki kekayaan di akhir zaman adalah suatu keharusan.
إِذَا كَانَ فِي آخِرِ الزَّمَانِ لَابُدَّ لِلنَّاسِ فِيها مِنَ الدِّرَاهِمِ وَالدَّنَانِيْرِ يُقِيمُ الرَّجُلُ بِهَا دِينَهُ وَدُنْيَاهُ
"Jika akhir zaman telah tiba, maka seharusnya manusia memiliki banyak dirham dan dinar yang digunakan untuk menegakkan agama dan urusan dunianya."
Dengan kata lain, memiliki kekayaan di akhir zaman bukanlah sesuatu yang cacat atau terlarang, melainkan keharusan agar agama tetap bisa ditegakkan dengan kuat.
Yang perlu diperhatikan bukanlah apakah ulama harus kaya atau tidak, tetapi bagaimana mereka mengelola kekayaan tersebut untuk kemaslahatan umat.
Jika kesejahteraan ekonomi ulama digunakan untuk memperkuat pendidikan Islam, meningkatkan dakwah, dan menjaga independensi ulama dari kepentingan politik tertentu, maka itu adalah langkah yang sesuai dengan tuntunan Islam di akhir zaman.
Maka, kritik terhadap ulama dayah yang mulai kaya dan terlibat dalam politik harus dikaji dengan lebih bijak.
Apakah mereka menggunakan kekayaan untuk kepentingan pribadi, ataukah mereka memanfaatkannya untuk kemaslahatan umat?
Apakah keterlibatan mereka dalam politik hanya untuk mencari jabatan, atau justru untuk memastikan kebijakan yang berpihak pada Islam tetap bisa diperjuangkan?
Jika semua pertanyaan ini tidak dijawab dengan objektif dan berdasarkan data, maka kritik tersebut hanya akan menjadi serangan kosong yang tak bermakna.
Baca juga: VIDEO - 10 Bilik Santri di Dayah Alqaasimiyyah Bireuen Terbakar, Saat Santri Sedang Libur Panjang
Pada akhirnya, bukan masalah apakah seorang ulama hidup dalam kesederhanaan atau kemewahan, tetapi bagaimana mereka tetap memegang prinsip Islam dalam setiap langkahnya.
Ulama yang berwibawa bukan hanya mereka yang zuhud dalam kemiskinan, tetapi juga mereka yang mampu mengelola kekayaan untuk menjaga martabat agama.
*) PENULIS adalah pecinta ilmu ulama Aceh dan sekarang tinggal di Kota Nasaf, Uzbekistan, Asia Tengah.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Artikel KUPI BEUNGOH lainnya baca DI SINI
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.