Konflik Palestina vs Israel

Ratusan Perwira Israel Minta Menyerah dari Pertempuran di Gaza, Ajukan Surat ‘Keras’ ke PM Netanyahu

Para perwira itu memperingatkan tentang bahaya yang dihadapi oleh tentara, kerugian yang ditimbulkan kepada warga Israel, dan pembagian beban.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
anews/tangkap layar
MILITER ISRAEL - Kepala Staf Militer Israel Herzi Halevi saat assessment situasi dan kunjungan di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki Israel, Jumat (6/9/2024). Ratusan perwira militer Israel secara terbuka menyerukan diakhirinya operasi militer di Jalur Gaza dengan mengajukan surat protes keras kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. 

Pada pertengahan Maret 2025, militer Israel melanjutkan kampanye pengebomannya terhadap Gaza, melanggar perjanjian gencatan senjata dua bulan yang membawa ketenangan relatif dan memastikan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas.  

Selama upaya awal pemerintah Israel untuk mendorong perombakan peradilan, yang ditangguhkan pada 7 Oktober 2023, ratusan prajurit cadangan, termasuk puluhan pilot, menolak untuk bertugas sebagai bentuk protes.

Mereka berpendapat bahwa reformasi tersebut merusak demokrasi Israel dan menimbulkan keraguan atas legitimasi perintah militer.

Israel Tidak Tertarik Pada Perdamaian, Ingin Hancurkan Palestina

Pemimpin gerakan perlawanan Ansarullah Yaman, Abdul-Malik al-Houthi mengutuk keras tindakan agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap Palestina.

Ia menyatakan bahwa bukti kuat menunjukkan bahwa rezim Israel tidak berminat pada perdamaian dan berusaha untuk sepenuhnya menghancurkan Palestina.

Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Kamis (10/4/2025) malam, Abdul-Malik al-Houthi juga dengan keras mengecam tindakan Israel terkait perjanjian gencatan senjata Gaza.

Ia mengatakan rezim Zionis tidak hanya gagal mematuhi komitmennya tetapi juga telah melakukan serangan meluas dan genosida besar-besaran di wilayah tersebut dengan dukungan Amerika Serikat.

Houthi mengkritik keras pelanggaran terang-terangan Israel terhadap kesepakatan gencatan senjata Gaza, dengan mengatakan, “Dengan rahmat Tuhan, kami (pasukan Yaman) memulai jalan untuk mendukung dan membantu rakyat Palestina sejak pelanggaran tersebut dimulai.”

Pemimpin Ansarullah menekankan bahwa Israel, dengan hasutan dan dukungan terbuka dari AS, sepenuhnya melanggar perjanjian gencatan senjata dan menghindari negosiasi pada tahap kedua kesepakatan tersebut.

Ia menggambarkan kekejaman Israel yang sedang berlangsung sebagai kampanye genosida habis-habisan terhadap rakyat Gaza.

Houthi mengatakan bangsa Palestina hanya menikmati perdamaian jangka pendek pada awal penerapan perjanjian, tetapi karena hancurnya infrastruktur penting, situasinya semakin buruk.

“Dimulainya kembali serangan Israel hanya memperdalam bencana kemanusiaan di Gaza, dan sekali lagi menunjukkan bahwa rezim tidak menghargai perjanjian dan hak-hak bangsa-bangsa,” katanya.

Houthi juga mengkritik situasi tahanan Palestina.

"Masalah tahanan Palestina merupakan masalah mendasar dan tak terbantahkan bagi semua warga Palestina,”

“Bahkan banyak pemukim Israel telah menyadari bahwa penjahat [Benjamin] Netanyahu dan kelompoknya tidak peduli dengan situasi tahanan Palestina," katanya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved