Meuseuraya Akbar 2025
Perlindungan Warisan Budaya Aceh Masih Lemah, Akademisi: Butuh Perhatian Serius dari Pemerintah
perlindungan terhadap warisan budaya Aceh masih lemah secara hukum dan membutuhkan perhatian serius dari pemerintahh
Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Muhammad Hadi
Rangkaian acara bertujuan untuk menggugah kembali kesadaran masyarakat terhadap sejarah dan budaya lokal, sekaligus mendorong lahirnya kebijakan-kebijakan yang melindungi situs dan artefak sejarah.
Puncak kegiatan Meuseuraya Akbar dijadwalkan berlangsung pada Rabu (28/5/2025) di Gampong Cot Geunduek, Pidie, dengan agenda utama meuseuraya akbar dan khanduri jeurat.
Acara ini melibatkan partisipasi masyarakat, tokoh adat, ulama, serta pelajar dan mahasiswa.
Rangkaian kegiatan akan ditutup dengan duek pakat (musyawarah) pada Kamis (29/5/2025) di Hotel Safira.
Baca juga: Meuseuraya Akbar 2025 Pidie, Serukan Kesadaran Baru terhadap Sejarah Aceh
Forum ini bertujuan menyusun rekomendasi kebijakan konkret untuk penyelamatan situs bersejarah di Pidie, serta memperkuat jejaring antar komunitas pelestari sejarah dan budaya di seluruh Aceh.
Dengan berbagai kegiatan ini, MAPESA berharap agar pelestarian budaya di Aceh tidak hanya menjadi beban komunitas, tetapi juga menjadi tanggung jawab kolektif masyarakat dan pemerintah daerah.(*)
Mapesa Gelar Khanduri Jeurat di Pidie, Tradisi di Aceh yang Hampir Punah |
![]() |
---|
MAPESA Peringatkan Warisan Sejarah Pidie Sedang Dijarah, Meuseuraya Akbar 2025 Jadi Tindakan Nyata |
![]() |
---|
Libatkan 14 Tim Perumus, Meuseuraya Akbar Lahirkan Tujuh Rekomendasi dalam Duek Pakat |
![]() |
---|
Pidie Perkuat Identitas sebagai Pusat Peradaban Islam di Asia Tenggara |
![]() |
---|
Mapesa Canangkan Desa Cot Geunduek sebagai Gampong Warisan Sejarah Aceh, ini Alasannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.