Kupi Beungoh
Rindu Menjadi Tamu Allah Berhaji
Jikalau ibadah Haji itu karna harta, pasti umat Islam yang kaya sudah berangkat haji semua, bukankah dalam kenyataan kita lihat tidak demikian.
Menabung diam-diam dari harta yang kita miliki, pilihlah harta yang paling bersih, paling halal, yang tidak ada syubhat sedikitpun di dalamnya.
Keempat, ketika uangnya sudah cukup, berangkatlah ke kantor haji terdekat untuk mendaftarkan. Kelima, setelah mendaftar serahkan kepada Allah tentang bagaimana dan kapan keberangkatannya,
Hikmah Berhaji
Dengan kalimat yang sama, seluruh umat Islam yang datang berhaji, menyambut panggilan Rabb-Nya. Dengan Ucapan Talbiah yang sama, hadir ke tujuan yang sama, tempat yang, sama ibadah yang sama, aturan yang sama.
Bukankah Ini maknanya kita yang muslim ini bersaudara, bersaudara karena Allah. Apa pantas kita berpecah belah? Jangan berpecah belah wahai umat Islam, apapun alasannya. Karena itu akan membuat kita lemah, dan akan membuat kita mudah dihancurkan oleh orang-orang yang tidak senang dengan Islam.
Bukankah dengan bersaudara, Ini bermakna kita harus saling menjaga, harus saling membantu, harus saling membela dan menguatkan. Lihatlah bacaan ini tidakkah kita rindu? Rindu menjadi Tamu Allah, rindu bertemu dengan saudara-saudara kita dari berbagai pelosok negeri tanpa terkecuali.
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk. La syarika laka.
Artinya: "Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, kemuliaan, dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu."
Penulis adalah Dosen UIN Ar Raniry Banda Aceh
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI
Refleksi 20 Tahun Damai Aceh: Menanti Peran Anak Syuhada Menjaga Damai Aceh Lewat Ketahanan Pangan |
![]() |
---|
Utang: Membangun Negeri atau Menyandera Masa Depan? |
![]() |
---|
Melihat Peluang dan Tantangan Potensi Migas Lepas Pantai Aceh |
![]() |
---|
Dua Dekade Damai, Rakyat Masih Menanti Keadilan Pengelolaan Sumber Daya Alam |
![]() |
---|
Kampung Haji Indonesia dan Wakaf Baitul Asyi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.