Kupi Beungoh

Anak Muda Aceh Antara Gelar dan Realita: Dari Panggung Wisuda Menuju Barisan Pengangguran

Wisuda bukan lagi gerbang ke dunia kerja, melainkan fase kebingungan. Tak sedikit lulusan yang akhirnya hanya memegang ijazah tanpa arah

Editor: Amirullah
dok pribadi
Siti Nurramadani, Mahasiswi Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Ar-Raniry 

Oleh: Siti Nurramadani 

Gelar sarjana pernah diyakini sebagai jembatan emas menuju masa depan. Tapi di Aceh hari ini, gelar itu justru sering menjadi beban diam-diam yang pelan-pelan mematahkan semangat. Anak muda berdiri gagah di panggung wisuda, menggenggam ijazah seolah memegang kunci harapan. Namun tak lama setelah toga dilipat dan tangis haru reda, kenyataan menampar tanpa ampun: dunia luar ternyata tidak sedang menunggu mereka.

Toga, Tangis, dan Tepuk Tangan: Selebrasi yang Tak Menjamin Masa Depan

Bagi banyak lulusan, wisuda adalah puncak perjuangan. Tapi saat lampu aula dipadamkan dan spanduk “Selamat Wisuda” dilipat, muncul pertanyaan sunyi: lalu, ke mana setelah ini?

Wisuda bukan lagi gerbang ke dunia kerja, melainkan fase kebingungan. Tak sedikit lulusan yang akhirnya hanya memegang ijazah tanpa arah, tanpa pegangan. Bahkan, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Aceh per Februari 2025 mencapai 5,50 persen atau sekitar 2,7 juta jiwa, dan mayoritas di antaranya adalah anak muda berpendidikan tinggi (Aceh.bps.go.id, 2025).

Toga yang dulu simbol kemenangan, kini berubah jadi saksi awal kegalauan panjang. Banyak lulusan bekerja di bidang yang tak sesuai jurusan, bahkan lebih banyak lagi yang menganggur. Tangis bahagia saat wisuda perlahan berubah menjadi tangis diam saat CV tak kunjung dibalas dan dompet makin menipis. Ini bukan cerita satu-dua orang, tapi potret menyedihkan ribuan sarjana muda Aceh hari ini.

Baca juga: Trending Topic: Jadwal Sepak Bola, Los Angeles Hingga Sherly Tjoanda Kunjungi Rumah Dedi Mulyadi

Data yang Bersuara, Tapi Sering Diabaikan

Angka-angka tak pernah bohong, tapi sering kali diabaikan. Data BPS menunjukkan peningkatan jumlah pengangguran di Aceh hingga 149.000 jiwa per Mei 2025 (Naratif.co.id, 2025). Dari total 4,1 juta penduduk usia kerja di Aceh, hanya 2,7 juta yang masuk kategori angkatan kerja, dan 149.000 di antaranya masih belum bekerja (MetroTVNews.com, Mei 2025).

Di balik statistik itu ada wajah-wajah yang kecewa. Anak-anak muda yang telah belajar bertahun-tahun, tapi tak tahu harus melangkah ke mana. Setiap data adalah kisah yang tertahan, semangat yang perlahan padam, dan harapan yang terus digantung.

Kampus: Produksi Ijazah, Bukan Keterampilan?

Terlalu lama kampus hanya jadi tempat mencetak gelar. Kemampuan praktis dan soft skill yang dibutuhkan di dunia kerja justru sering dikesampingkan. Laporan Aliansi Buruh Aceh (ABA) mencatat peningkatan pengangguran lulusan perguruan tinggi dari 5,68 persen pada Februari 2023 menjadi 6,26 % di Februari 2025. Ketua ABA, Syaiful Mar, menyebut penyebab utamanya adalah kurikulum yang belum link and match dengan kebutuhan industri, minimnya program magang, dan lemahnya jaringan kampus dengan dunia kerja (Dialeksis.com, Mei 2025).

Syaiful juga menegaskan bahwa kampus belum membekali lulusannya dengan kemampuan teknis dan nonteknis yang relevan. Akibatnya, perusahaan lebih memilih pekerja dari luar Aceh dibanding memaksimalkan lulusan lokal yang sebenarnya punya potensi besar (Dialeksis.com, Mei 2025).

Problem ini juga terlihat di jenjang SMK. Dr. Usman Lamreung dari Universitas Almuslim menyebut bahwa ratusan SMK di Aceh belum mampu melahirkan lulusan siap kerja karena kurangnya fasilitas praktik serta ketiadaan peran nyata dunia industri dalam penyusunan kurikulum (Harianrakyataceh.com, Mei 2025).

Baca juga: Tentara Israel Cegat Kapal Aktivis Membawa Bantuan ke Gaza, Semprot Cairan Putih Misterius ke Kapal

Harapan dari Arah Lain: BPVP dan Jalan Tengah Keterampilan

Di tengah kabar buruk itu, ada secercah harapan. Balai Pelatihan Kerja dan Produktivitas (BPVP) Banda Aceh hadir sebagai alternatif solusi. Penelitian dari Universitas Islam Negeri Ar-Raniry menyebutkan bahwa BPVP membantu meningkatkan keterampilan kerja lulusan melalui pelatihan vokasi berbasis minat dan bakat. Program ini memberi harapan baru bagi anak muda untuk kembali percaya diri menghadapi dunia kerja yang kompetitif (Ar-Raniry.ac.id, 2024).

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved