Ibadah Haji 2025
Apa Saja Nilai-Nilai yang Menunjukkan Kemabruran Seorang Jamaah Haji? Simak Penjelasan Berikut
Lantas, apa saja nilai-nilai yang menunjukkan seorang jamaah haji itu mencapai predikat mabrur dan mabrurah?
Penulis: Jamaluddin | Editor: Eddy Fitriadi
“Kegigihan Siti Hajar, ibunda Nabi Ismail as, dalam mencari dan menemukan air kehidupan bagi buah hati yang dicintainya menginspirasi jamaah haji untuk meneladani seorang ibu yang tidak pernah lelah dan menyerah dalam menyayangi dan mengantarkan anaknya untuk meraih masa depan yang terbaik,” jelas Mutawif (Pembimbing) Utama Travel Umrah PT Al Azhar Laris Banda Aceh ini.
Tgk Sulfanwandi juga mengungkapkan, Siti Hajar mewakili social cultural saat itu, di mana kedudukan wanita dipandang rendah, dan identitas Siti Hajar sebagai budak hitam dari kasta rendah, yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat kala itu.
Namun, Allah Swt melalui sosok Siti Hajar mengangkat derajat perempuan tanpa memandang identitas sosial semua sama di hadapan Sang Pencipta.
Bukti ketaatan dan ketangguhan seorang perempuan sebagai istri yang jauh dari suami di pandang pasir yang tandus masih terkenang sampai saat ini dan di masa akan datang.
Bukti dari perjuangan seorang ibu untuk buah hatinya itu kini Allah abadikan menjadi sebuah ritual suci dalam ibadah haji.
Keempat, Wukuf.
Pembimbing Ibadah Haji pada KBIHU Raudhatul Qur’an ini menyatakan bahwa wukuf merupakan pilar utama ibadah haji.
Sabda Rasulluallah: ”Al hajju Arafah.”
Wukuf di Padang Arafah merupakan ritual yang paling sakral dalam prosesi ibadah haji.
Wukuf secara bahasa artinya berdiam diri.
Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 199-203 disebutkan bahwa esensi ibadah haji secara berurutan adalah ‘mengingat Allah.’
Sehingga, wukuf memiliki makna berdiam diri di Padang Arafah yang luas untuk mengingat Allah Swt dengan berdoa dan berkontemplasi memaknai hakikat siapa diri kita, serta dari mana dan kemana kita akan kembali.
Wukuf di Arafah, sebut Tgk Sulfanwandi, adalah cermin kesadaran personal terhadap pentingnya ‘berhenti sejenak sambil merenungi dan makrifat diri’ untuk dapat merasakan kehadiran Allah Swt.
“Wukuf Arafah sebagai simbol miniatur padang makhsyar di akhirat kelak, wukuf memberi kesadaran eskatologis mengenai perlunya muhasabah (evaluasi diri), pengenalan jati diri, dan yang lebih penting lagi merasakan ‘pengadilan terhadap diri sendiri’ sebelum mengikuti ‘pengadilan Rabbul ‘Izzaty” hari kiamat nanti,” jelas Tgk Sulfanwandi yang juga pimpinan Dayah Raudhatul Qur’an, Tugkop, Aceh Besar.
Abu yang menamatkan pendidikan S1 hingga S3 di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh ini juga menguraikan bahwa wukuf memiliki pesan persamaan semua manusia dari seluruh penjuru dunia, tanpa memandang ras, suku, martabat, takhta, bahasa, warna kulit, dan sebagainya.
Mereka berada dalam satu tempat yang sama dengan satu kain pakaian yang sama, di bawah sengatan sinar matahari, semua sama-sama bermunajat kepada Allah Swt yang sama.
Tak ada yang membedakan satu sama lain di hadapan Allah Swt, kecuali ketakwaan.
Semua manusia berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
Melalui ibadah haji, tambah Tgk Sulfanwandi, Allah Swt menitipkan berjuta inspirasi kehidupan dan pesan-pesan moral dan spiritual agar manusia saling bersikap toleran, bersedia menerima dan memahami aneka perbedaan, cinta damai, rukun, saling menghargai, toleransi, disiplin, beretos kerja tinggi, serta menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia.
“Ibadah haji sangat menginspirasi dan memotivasi hujjaj untuk mengaktualisasikan nilai-nilai moral dan sosial kultural dalam kehidupan sehari-hari yang berorentasi kebajikan dan kemanusiaan,” ungkap suami dari Ummi Hj Erliyanti Yusuf SE ini.
Setiap jamaah haji, sebut Tgk Sulfanwandi, mengharapkan predikat haji mabrur dan mabrurah karena tidak ada balasan untuk haji yang mabrur dan marurah selain surga.
“Haji mabrur dan mabrurah adalah haji yang berhasil mencampakkan nilai-nilai hewaniah dan menyerap sifat-sifat rabbaniyah (ketuhanan).
Mabrurnya haji seseorang akan dapat dilihat pada saat sebelum dan sesudah ibadah haji itu dilaksanakan.
Dalam perilaku kesehariannya, haji mabrur dan mabrurah memperlihatkan sikap dan kehidupan yang islami, baik, benar, dan berguna.
Ibadahnya semakin kuat, kasih sayang kepada sesama semakin meningkat, dan menjadi suri teladan bagi masyarakat,” pungkas ayah tiga anak ini. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.