Aceh Utara

Rapai Pase Raja Buwah: Warisan Budaya Aceh yang Tetap Bertahan di Tengah Zaman

Rapai Raja Buwah sudah beberapa kali tampil di ajang seni bergengsi, seperti di Balai Kesenian Jakarta, Bandung, dan sejumlah provinsi

Penulis: Jafaruddin | Editor: Nur Nihayati
IST
Ketua Harian Grup Rapai Raja Buwah Kecamatan Baktiya Barat Aceh Utara, Idris Yusuf 

Rapai Raja Buwah sudah beberapa kali tampil di ajang seni bergengsi, seperti di Balai Kesenian Jakarta, Bandung, dan sejumlah provinsi

Laporan Jafaruddin I Aceh Utara

SERAMBINEWS.COM, LHOKSUKON - Rapai pase, sebuah kesenian tradisional yang sarat makna spiritual dan budaya, masih terus dijaga kelestariannya oleh kelompok Rapai Raja Buwah yang bermarkas di Kecamatan Baktiya Barat, Aceh Utara.

Di bawah kepemimpinan Ketua Umum M Yusuf Bombang, grup ini telah tampil di berbagai panggung seni, baik di dalam maupun luar provinsi.

Rapai Raja Buwah sudah beberapa kali tampil di ajang seni bergengsi, seperti di Balai Kesenian Jakarta, Bandung, dan sejumlah provinsi lainnya.

Meski demikian, grup ini tetap mempertahankan keaslian tradisinya dengan memainkan lagu-lagu lama tanpa modifikasi ataupun penciptaan lagu baru.

Repertoar mereka mencakup 3 -17 hingga 21 jenis lagu tradisional, yang diwariskan secara turun-temurun.

Ketua Harian Grup Rapai Raja Buwah Kecamatan Baktiya Barat Aceh Utara, Idris Yusuf menyebutkan, salah satu alat rapai yang mereka miliki, Rapai Boh Beureutoh, diperkirakan telah berumur ratusan tahun.

Rapai ini merupakan peninggalan dari kakeknya yang sudah hidup jauh sebelum Indonesia merdeka.

Alat musik tradisional ini dibuat dari kayu tualang, jenis kayu khas yang dikenal kuat dan berkualitas tinggi untuk membuat instrumen musik tradisional.

Jenis rapai yang dimiliki dan dimainkan oleh kelompok ini antara lain Buya Itam, Raja Bujok, dan Raja Uleeu.

Hingga kini, belum ada jenis rapai baru yang diciptakan oleh kelompok Raja Buwah.

Upaya membuat versi baru pernah dilakukan, namun hasilnya tidak memuaskan.

"Suaranya tidak bagus karena proses pembuatannya tidak mengikuti tata cara tradisional, termasuk peusijuek dan ritual-ritual lainnya yang dulu selalu dilakukan," ungkap Idris.

Ia juga mengungkapkan bahwa Rapai Uroh diyakini memiliki unsur mistis. Hal ini terlihat dari pengalaman mereka saat tampil dalam perlombaan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved