Kupi Beungoh

Napak Tilas Jejak Hitam AS di Timur Tengah: Kartu Yom Kipur – Bagian II

Seandainya Israel makin terdesak, apakah Amerika akan kembali turun tangan seperti dulu di Perang Yom Kipur tahun 1973? 

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Mesir yang awalnya mengepung, kini menjadi terkepung. 

Di gurun Sinai ribuan pasukan tentara ke tiga Mesir, tinggal menunggu waktu dieksekusi oleh Israel. 

AS mengambil langkah cerdik, namun culas. 

AS tidak mau “mempermalukan” presiden Mesir,  Anwar Sadat. 

AS memberikan “jasa” kepada Sadat dengan satu tujuan utama, mengajak Sadat berdamai dengan Israel pada waktunya. 

Bagaimana caranya? AS kali ini “mengancam” Israel untuk tidak memusnahkan tentara Mesir yang sudah terkepung total di Sinai itu. 

Ancaman itu dipatuhi. 

Mesir tak kehilangan muka. 

Sadat dan Mesir selamat dan tidak dipermalukan.

Baca juga: Korea Utara Kutuk Amerika Serikat Serang Iran, Sebut Pelanggaran Berat Piagam PBB

Menguntungkan AS dan Israel

“Penyelamatan” muka Sadat dan Mesir itu kemudian memberikan implikasi jangka panjang yang sangat menguntungkan bagi AS dan Israel. 

Hal itu terbukti dengan berdamainya AS dengan Israel di Camp David beberapa tahun kemudian. 

Perdamaian itu dibayar murah oleh Israel-mengembalikan gurun Sinai Mesir yang dicaplok pada perang enam hari 1967.

Pda saat itu AS sekali lagi ingin memastikan tak ada kekuatan manapun yang bisa mendikte perang Timur Tengah. 

AS lah yang menentukan kapan dan bagaimana damai terjadi, dan siapa yang “boleh” dan “tak boleh” kuat di kawasan itu. 

Ia mengunci perannya sebagai aktor dominan di Timur Tengah.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved