Breaking News

Petani Cabai Gelar Syukuran, Bagi-bagi Cabai atas Dikembalikannya Pungutan Uang Masuk Madrasah

Keberadaan booth tersebut cukup mencolok. Berwarna biru dengan model frame foto. Di depannya ada meja kayu kecil dengan tiga plastik berisi cabai.

Editor: Yocerizal
IST/SERAMBINEWS.COM
Warga berfoto di booth (stan) bagi-bagi cabai gratis milik Khairul Halim, petani cabai Gampong Rukoh, Banda Aceh, Kamis (26//6/2025). Halim menggelar syukuran dengan berbagi cabai atas dikembalikannya pungutan uang masuk madrasah kepada wali murid/siswa. 

SERAMBINEWS.COM - Melintasi jalan lingkar kampus, tepatnya di bantaran Krueng Lamnyong, depan Fatih Bilingual School, Gampong Rukoh, Banda Aceh, ada satu booth atau stan yang menarik perhatian.

Keberadaan booth tersebut cukup mencolok. Berwarna biru dengan model frame foto. Di depannya ada meja kayu kecil dengan tiga plastik besar berisi cabai.

Saat didekati baru terbaca dengan jelas tulisan dan foto-foto yang dipajang di booth tersebut. 

Pada bagian atas tertulis:

"Sebagai Rasa Syukur atas Dikembalikannya Uang Wali Murid dari Sekolah dan Madrasah di Kota Banda Aceh".

Sementara di bagian tengah, tepat di bawah frame foto tertulis:

"CABAI GRATIS, ttd Khairul Halim (Petani Cabai),". "Ambil Secukupnya".

Seluruh bagian booth dihiasi tempelan berita tentang petani cabai yang gagal menyekolahkan anaknya, serta berita tentang pungutan uang masuk madrasah.

Baca juga: Warga Pidie Jaya Tak Ada Lagi yang BAB Sembarangan, Bupati Dapat Penghargaan dari Pemerintah Aceh 

Baca juga: Hari Ini, Laga Perdana Pra Pora di Cot Gapu, Bireuen Vs Lhokseumawe, Ini Jadwal Lengkap Grup C

Ya, booth tersebut ternyata memang milik Khairul Halim, petani cabai Gampong Rukoh yang gagal menyekolahkan anaknya di madrasah ibtidaiyah negeri (MIN) karena terganjal uang masuk.

Kisahnya viral setelah Halim memposting apa yang dialaminya melalui akun Facebook miliknya. Ombudsman Perwakilan Aceh bahkan ikut turun tangan.

Ketika berita itu viral, berbagai tawaran bantuan berdatangan. Baik bantuan dalam bentuk uang maupun bantuan failitasi agar anaknya masuk ke madrasah yang sama atau madrasah lainnya.

Namun Halim menolak semua bantuan itu. Petani cabai tersebut kemudian memilih memasukkan anaknya ke SD Negeri 16, Gampong Rukoh, Banda Aceh.

Sementara buntut dari viralnya kisah Halim si Petani Cabai, sejumlah kepala madrasah di Banda Aceh diperiksa oleh Ombudsman.

Pemeriksaan itu dilakukan karena adanya laporan warga yang mengadukan adanya kutipan uang masuk. 

Praktik tersebut ternyata dilakukan hampir semua madrasah di Banda Aceh, dengan besaran Rp 2,7 juta sampai Rp 8 juta.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved