Kupi Beungoh

Prabowo - Mualem: Sabang, Sumitronomics, dan Agenda yang Belum Selesai – Bagian 4

Dalam pandangan Sumitro, pelabuhan Sabang adalah simpul penting untuk menghubungkan Indonesia dengan jalur perdagangan global.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Ada dua level strategis yang bisa digerakkan sekaligus. 

Pertama, Sabang harus segera dikembangkan sebagai shorebase untuk eksplorasi dan eksploitasi migas lepas pantai, baik di pantai Timur Laut Aceh maupun Barat Selatan. 

Pada dua wilayah perairan itu, terdapat sejumlah blok migas potensial. 

Di bagian timur laut, paling kurang, kita mengenal Blok Andaman I dan II yang dikelola oleh Mubadala Petroleum, Harbour Energy, dan Premier Oil. 

Sementara di kawasan Barat Selatan, terdapat Blok Meulaboh dan Blok Singkil, yang saat ini konsesinya dipegang oleh perusahaan Singapura, Conrad Energy Asia.

Potensi migas lepas pantai ini membutuhkan fasilitas penunjang yang memadai--terutama basis logistik laut -shorebase-, yang bisa melayani pergerakan rig, logistik teknis, serta penyimpanan peralatan eksplorasi dan produksi. 

Sabang, dengan posisi geografis dan kedalaman laut yang mendukung, bisa menjadi pilihan utama.

Dibandingkan membangun shorebase baru di lokasi lain, optimalisasi Sabang dapat menghemat biaya, mempercepat proses, dan memperkuat posisi Aceh dalam peta energi nasional. 

Dari Sabang, dukungan logistik bisa menjangkau seluruh operasi offshore di Aceh dengan efisien.

Level strategis kedua adalah menjadikan Sabang sebagai Outerport Selat Malaka--sebuah pelabuhan pelengkap sekaligus alternatif yang menjawab tantangan logistik abad ke-21. 

Selat Malaka adalah salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia, namun juga paling sempit dan rawan. 

Dari sekitar 100.000 kapal yang melewati jalur itu setiap tahun, sebagian besar adalah kapal tanker dan kargo besar yang mengangkut minyak, gas, dan barang manufaktur dari  dan ke Timur Tengah dan Afrika ke Asia Timur ke kawasan ASEAN dan Asia Pasifik.

Baca juga: Iboih, Surga Lumba-lumba di Sabang, Atraksi Langka Bikin Wisatawan Takjub, Shireen Sungkar Terharu

Potensi Pelabuhan Pengumpan

Namun, selat Malaka mempunyai batas fisik. 

Selat Malaka hanya bisa dilewati oleh kapal dengan ukuran tertentu karena melewati sebuah titik sempit yang disebut “Malaccamax”. 

Ini adalah istilah teknis untuk mengklasifikasikan kapal dengan lebar maksimal sekitar 32,2 meter, panjang sekitar 333 meter, dan draft tidak lebih dari 21 meter agar bisa melintasi perairan tersempit di selat tersebut.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved