Berita Aceh Barat
Perjalanan Sunyi di Balik Syahadat, Mualaf Aceh Barat Belajar dalam Keterbatasan
Wajah-wajah itu milik para mualaf Aceh Barat, orang-orang yang telah meninggalkan masa lalu demi mengikuti cahaya Islam
Penulis: Sadul Bahri | Editor: Muhammad Hadi
"Kami tidak meminta fasilitas mewah. Satu mobil saja cukup. Untuk antar-jemput pengajian," ucapnya lirih.
Selama ini, para mualaf harus berpindah-pindah tempat kadang di mushola Al Bayan, kadang juga sering di Mushala Gampong Pasir, Kecamatan Johan Pahlawan, karena belum memiliki tempat khusus untuk belajar.
Ingin menjadi muslim yang baik
Forum Mualaf mengimpikan satu rumah kecil yang bisa menjadi pusat kegiatan mereka, tempat belajar, tempat istirahat, bahkan tempat mengembangkan usaha kecil agar mereka mandiri secara ekonomi.
Tempat itu bukan hanya bangunan, melainkan tanda keberadaan. Bahwa mereka tak sekadar menumpang hidup, tapi punya ruang yang diakui.
Sementara pada Jumat (25/7/2025) sore, mualaf yang hadir menerima bantuan dari hamba Allah yang dibagikan langsung oleh para pembina mualaf.
"Setiap rupiah yang disedekahkan kepada kami, itu bukan hanya untuk makan, tapi juga penguat hati. Bukti bahwa kami tidak sendiri," kata Mulkan Sinurat.
Baca juga: Detik-detik Ruben Onsu Mualaf, Ucap Dua Kalimat Syahadat Dibimbing Habib Usman, Suami Kartika Putri
Pembina Mualaf Aceh Barat, Tgk Suandi didampingi anggota Pembina, Faisal dan Herman, mengungkapkan, bahwa mereka memeluk Islam bukan sekedar mengucap dua kalimat syahadat.
Akan tetapi bagi sebagian mualaf, itu berarti harus meninggalkan rumah, dipandang berbeda oleh keluarga, kehilangan pekerjaan, bahkan hidup dalam keterasingan.
Di sinilah pengajian dan forum mualaf berperan penting. Mereka bukan hanya belajar tentang Islam, tapi juga membangun kembali kepercayaan diri, kekuatan mental, dan ikatan sosial.
Forum ini adalah tempat untuk bertumbuh, berbagi cerita, menghapus air mata, dan menguatkan langkah.
Tapi untuk bertahan, mereka butuh lebih dari niat baik. Mereka butuh dukungan nyata dari pemerintah dan masyarakat sekitar.
Baca juga: Satria Kumbara dari Ambarawa, Pengkhianat Negara yang Dulunya Punya Mimpi Ini
Dikatakannya, bahwa mereka para mualaf hanya ingin bisa menjalani hidup sebagai Muslim yang baik. Bukan untuk dipuji, tapi untuk menjalankan amanah iman.
Perjalanan para mualaf bukan kisah yang riuh diberitakan. Ia berjalan dalam diam, seringkali tanpa sorotan.
Tapi mereka tetap berjalan. Dengan tekad. Dengan iman. Dan dengan harapan bahwa suatu hari nanti, mereka tidak hanya diterima, tapi juga dipeluk penuh sebagai bagian dari kita semua.(sb)
Baca juga: Adu Kuat Militer Thailand vs Kamboja, Siapa Unggul? Ternyata Ada Amerika Dibelakang Negara Ini
Geger Penemuan Kerangka Manusia di Lokasi Proyek RSUD, Polres Aceh Barat Lakukan Penyelidikan |
![]() |
---|
Ketua BWI Aceh Dorong Profesionalisme Nazir dalam Pengelolaan Wakaf |
![]() |
---|
Massa Lempari Kapal PT MGK dengan Batu, Seorang Pekerja Terluka, Perusahaan Tempuh Jalur Hukum |
![]() |
---|
Kebakaran Lahan Kembali Terjadi di Aceh Barat, Kali Ini 0,7 Hektare di Suak Raya |
![]() |
---|
Delegasi Aceh Barat Jajaki Kerja Sama Pendidikan dengan Universiti Sultan Zainal Abidin Malaysia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.