Berita Lhokseumawe

Mahasiswa Unimal Lestarikan Cagar Budaya Makam Putroe Neng & Tgk Syiah Hudam Lewat Aksi Gotongroyong

Aksi ini tak hanya sebatas membersihkan area makam dari semak dan sampah, tetapi juga menjadi bentuk nyata kepedulian generasi muda terhadap pelestari

Penulis: Jafaruddin | Editor: Mursal Ismail
Mahasiswa KKN Unimal
Foto kolase Mahasiswa KKN-PPM Unimal Angkatan XXXVII Kelompok 19 menggelar aksi gotong royong membersihkan situs cagar budaya Makam Putroe Neng dan Tgk Syiah Hudam di Gampong Blang Pulo, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, baru-baru ini 

Aksi ini tak hanya sebatas membersihkan area makam dari semak dan sampah, tetapi juga menjadi bentuk nyata kepedulian generasi muda terhadap pelestarian sejarah lokal.

Laporan Jafaruddin I Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM,LHOKSEUMAWE – Dalam upaya menjaga warisan sejarah Aceh, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Malikussaleh Angkatan XXXVII Kelompok 19 menggelar aksi gotong royong membersihkan situs cagar budaya Makam Putroe Neng dan Tgk Syiah Hudam di Gampong Blang Pulo, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, baru-baru ini.

Aksi ini tak hanya sebatas membersihkan area makam dari semak dan sampah, tetapi juga menjadi bentuk nyata kepedulian generasi muda terhadap pelestarian sejarah lokal.

Kegiatan tersebut melibatkan 15 mahasiswa peserta KKN bersama perangkat gampong, tokoh masyarakat, dan warga sekitar.

Menurut Ketua Kelompok 19, Mohd Hafez Al-Shahzam dalam siaran pers yang diterima Serambinews.com, Jumat (1/8/2025), kegiatan ini merupakan wujud kontribusi mahasiswa dalam merawat identitas budaya Aceh.

“Makam Putroe Neng dan Tgk Syiah Hudam adalah simbol sejarah dan peradaban Aceh. Ini bukan hanya soal kebersihan fisik, tapi juga tentang merawat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,” ujarnya.

Makam Putroe Neng dikenal sebagai tempat peristirahatan terakhir seorang tokoh perempuan tangguh asal Tiongkok yang kemudian menjadi bagian penting dari sejarah Kerajaan Aceh. 

Baca juga: Putroe Neng, Sebuah Dongeng atau Kisah Nyata?

Ia menikah dengan Sultan Meurah Johan setelah memeluk Islam dan dikenal karena keberaniannya memimpin pasukan serta kecerdasannya dalam strategi perang.

Suami terakhirnya, Syekh Syiah Hudam — atau dikenal juga sebagai Syekh Abdullah Kana’an — merupakan pemimpin pasukan dari Kerajaan Peureulak yang memiliki peran penting dalam sejarah peperangan dan spiritualitas di Aceh.

Pelestarian situs ini tidak hanya penting secara historis, tetapi juga memiliki makna religius dan budaya bagi masyarakat.

Gotong royong yang dilakukan meliputi pembersihan kompleks makam serta penataan ulang tanaman hias, dilakukan dengan semangat kebersamaan antara mahasiswa dan warga.

Kepala Dusun Arongan Gampong Blang Pulo Syarifudin M. Yusuf, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini.

“Kami sangat berterima kasih kepada mahasiswa KKN Unimal.

Kegiatan ini bukan hanya menjaga kebersihan makam, tapi juga menghidupkan kembali kesadaran sejarah di tengah masyarakat. Semoga ini menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya,” katanya.

Baca juga: Warga Minta Area Makam Putroe Neng Tidak Dijadikan Lahan Stasiun Kereta Api

Kegiatan ini melibatkan seluruh anggota kelompok 19 KKN-PPM Universitas Malikussaleh yang terdiri atas 15 mahasiswa yaitu Mohd. Hafez Al-Shahzam sebagai ketua kelompok, dan anggota kelompok 19 Rendy Purba.

Kemudian, Shirin Alya Yasmin, Aderina Br Sitepu, Tipa Angreini Siregar, Helmi, Irvina Zenora, Dwi Gita Julianti, Nadya Adawiyah, Reynaldi Martua, Ryan Rizki Ramadhan, Muhammad Zikra, Muhammad Gunawan, Muhammad Fachri, dan Mulyadi Abdullah. (*)

Baca juga: Putroe Neng dan Kontroversial Hidupnya di Teluk Samawi

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved