Opini
Damai bukan Sekadar Indah, tapi juga Mahal
Ulang tahun ke-20 MoU Helsinki yang dikenal sebagai Hari Damai Aceh tahun ini memang berbeda.
Butuh perjuangan
Damai memang telah lahir dan terwujud dan Insya Allah memasuki usia 20 Tahun pada 15 Agustus 2025. Hikmah tsunami bisa jadi entry point atau pintu masuk lahirnya perdamaian yang diprakarsai Martti Ahtisaari di Finlandia. Namun, keterlibatan tokoh utama Jusuf Kalla dari pemerintah Indonesia dan tokoh kunci GAM, mendiang Hasan Tiro bersama Malik Mahmud dan Zaini Abdullah, Bakhtiar Abdullah serta tokoh sentral GAM lainnya tak bisa diabaikan.
Maka, 20 tahun perdamaian bukan masa singkat apalagi sebentar. Sebagaimana disinggung di atas usia damai Aceh tak pernah lebih dari hitungan belasan tahun bisa terbantahkan. Kondisi hanya bisa terwujud jika semua pihak menyadari jika damai itu bukan sekadar indah seperti yang sering kita baca di baliho atau poster, tapi juga mahal dan butuh perjuangan yang luar biasa.
Sebuah Podcast urun pendapat yang tayang di Sagoe Tv dengan tema “Benarkah Damai Aceh Hanya Untuk Elite? Menggelitik untuk kita cermati. Podcast lokal yang menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten di antaranya anggota perunding MoU Helsinki Munawar Liza Zainal, mantan Juru bicara Pemerintah Aceh Wiratmadinata, pengajar sosiologi Sahlan Hanafiah, tokoh perempuan Azharul Husna dan Ketua Taman Iskandar Muda, Muslim Armas patut direnungkan. Para narasumber menggugat masih banyak ketimpangan sosial dan ekonomi di Aceh.
Judul tersebut bagian dari keraguan publik terhadap implementasi semangat damai bagi rakyat Aceh secara umum. Namun yang paling penting menjawab pertanyaan dan teka-teki agar damai Aceh jangan hanya ada di permukaan sehingga Aceh tidak lagi 'dipeumaop' orang lain karena Aceh adalah Daerah Modal. Jika Aceh bisa memodali Indonesia, maka tak perlu ragu, Aceh juga mampu memodali diri sendiri.
Kawasan Strategis Regional dan Keterbukaan Ekonomi Aceh |
![]() |
---|
Harapan Kepada 17 Guru Besar UIN Ar-Raniry, Penuntun Cahaya Bagi Umat |
![]() |
---|
Humas dan Media di Era Digital, Ibarat Jembatan dan Jalan Membangun Komunikasi dan Citra Institusi |
![]() |
---|
Ayah, Pulanglah dari Warung Kopi, Semai Cinta di Rumah |
![]() |
---|
Haruskah Karya Anak Bangsa Terindeks Scopus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.