Konflik Palestina vs Israel

Pesan Terakhir Jurnalis Al Jazeera Anas Al Sharif Sebelum Tewas Diserang Israel: Jangan Lupakan Gaza

Dalam pesan itu, al-Sharif mengungkapkan rasa sakit yang mendalam, kesedihan, dan kehilangan yang terus berulang.

Editor: Faisal Zamzami
Al -Jazeera
Tangkapan layar media Al Jazeera, jurnalis di Gaza, Anas a-Sharif, tewas akibat serangan Israel, Minggu (11/8/2025). 

SERAMBINEWS.COM, GAZA – Jurnalis Al Jazeera, Anas Al Sharif, meninggalkan pesan terakhir sebelum tewas dalam serangan udara Israel di Kota Gaza, Minggu (10/8/2025).

Pesan itu diunggah sesuai permintaannya di akun X miliknya setelah ia dinyatakan meninggal akibat serangan di tenda jurnalis dekat Rumah Sakit Al Shifa.

“Inilah wasiat dan pesan terakhir saya. Jika kata-kata ini sampai kepada Anda, ketahuilah bahwa Israel telah membunuh saya dan membungkam suara saya,” tulisnya, dikutip dari ABC News.

“Tuhan tahu saya telah mengerahkan segenap upaya dan kekuatan untuk menjadi pendukung dan suara rakyat, sejak saya membuka mata terhadap kehidupan di kamp pengungsi Jabalia,” lanjutnya.

Pesan tersebut ditutup dengan kalimat, “Jangan lupakan Gaza... Dan jangan lupakan saya dalam doa-doa kalian yang tulus memohon ampunan dan penerimaan.”

Baca juga: Nama 5 Jurnalis Al Jazeera yang Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza, Termasuk Anas al-Sharif

Sebelum tewas, Anas al-Sharif diketahui sempat menulis di akun media sosial X miliknya, bahwa Israel melancarkan pengeboman intens dan terkonsentrasi, atau yang disebut sebagai “sabuk api”, di wilayah timur dan selatan Kota Gaza.

Dalam video terakhirnya, terdengar dentuman keras serangan rudal Israel.

 
Kilatan cahaya jingga dari ledakan rudal tersebut terlihat menerangi langit malam yang gelap.

Sebelumnya, pada Minggu (6/4/2025), ia sempat menulis pesan yang diminta untuk dipublikasikan jika dirinya meninggal.

Dalam pesan itu, al-Sharif mengungkapkan rasa sakit yang mendalam, kesedihan, dan kehilangan yang terus berulang.

 “Bahkan tubuh anak-anak dan perempuan kami yang hancur pun tidak menggerakkan hati kalian atau menghentikan pembantaian yang telah dialami rakyat kami selama lebih dari satu setengah tahun.

Meskipun demikian, saya tidak pernah ragu menyampaikan kebenaran apa adanya, tanpa distorsi atau manipulasi, dengan harapan Tuhan akan menyaksikan mereka yang tetap diam, mereka yang menerima pembunuhan kami, dan mereka yang mencekik napas kami,” tulisnya, sebagaimana dilansir Al Jazeera, Senin (11/8/2025).

Ia juga menuturkan kesedihannya karena harus meninggalkan istrinya, Bayan, serta tidak dapat melihat putranya, Salah, dan putrinya, Sham, tumbuh dewasa.

Koresponden Al Jazeera, Hani Mahmoud, yang bekerja untuk saluran berbahasa Inggris, berada hanya satu blok dari lokasi kejadian saat serangan terjadi.

Ia menyebut, kematian Anas al-Sharif sebagai hal tersulit yang harus ia laporkan selama 22 bulan terakhir perang berlangsung.

“Para reporter ini dibunuh karena liputan tanpa henti mereka mengenai kelaparan dan kekurangan gizi yang dialami warga Palestina di Gaza. Mereka dibunuh karena menyampaikan kebenaran tentang kejahatan ini kepada semua orang,” katanya.

Baca juga: Netanyahu akan Hancurkan Seluruh Gaza Kecuali Negara-negara Barat Terapkan Sanksi

Anas Al Sharif (28) dikenal sebagai salah satu koresponden Arab ternama yang melaporkan secara ekstensif dari Gaza utara.

Ia tewas bersama empat rekannya, yaitu Mohammed Qreiqeh, juru kamera Ibrahim Zaher, Mohammed Noufal, dan Moamen Aliwa.

Al Jazeera melaporkan seluruh tim liputannya di Kota Gaza meninggal ketika tenda jurnalis yang mereka tempati dibom Israel.

Direktur Rumah Sakit Al-Shifa menyebut serangan tersebut sengaja menargetkan jurnalis.

Militer Israel mengeklaim Al Sharif adalah anggota Hamas yang menyamar sebagai jurnalis, tetapi tuduhan itu dibantah oleh Al Sharif semasa hidup maupun oleh Al Jazeera.

Pelapor Khusus PBB, Irene Khan, juga pernah menegaskan klaim Israel terhadap Al Sharif tidak berdasar.

Sebelum tewas, Al Sharif kerap mengunggah kondisi pengeboman tanpa henti di Kota Gaza.

 Beberapa minggu sebelumnya, Al Jazeera mengecam militer Israel atas kampanye hasutan terhadap para jurnalisnya di Gaza, khususnya Al Sharif.

“Kami menganggap hasutan ini sebagai upaya berbahaya untuk membenarkan penargetan para jurnalis di lapangan,” demikian bunyi pernyataan Al Jazeera.

 Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) sebelumnya mengaku sangat khawatir atas ancaman terhadap Al Sharif, bahkan memprediksi adanya upaya pembunuhan.

 CPJ mencatat sedikitnya 186 jurnalis dan pekerja media tewas di Gaza sejak perang pecah pada 7 Oktober 2023.

Baca juga: VIDEO - Israel Serbu Pertahanan Terakhir Hamas di Gaza, Netanyahu Janjikan Akhiri Konflik

Militer Israel sebut jurnalis sebagai teroris yang menyamar

Sementara itu, dilansir dari AFP, Militer Israel menyatakan telah menyerang seorang koresponden Al Jazeera di Gaza dan menydingnya sebagai teroris yang menyamar sebagai jurnalis.

“Baru saja, di Kota Gaza, IDF menyerang Anas Al-Sharif, yang menyamar sebagai jurnalis untuk jaringan Al Jazeera.

Anas Al-Sharif menjabat sebagai kepala sel teroris di organisasi teroris Hamas dan bertanggung jawab atas peluncuran serangan roket terhadap warga sipil Israel dan pasukan IDF,” tulis pernyataan militer di Telegram. 

Militer Israel juga mengeklaim memiliki dokumen yang membuktikan keterlibatan al-Sharif dengan Hamas.

Namun, analis di Euro-Med Human Rights Monitor, Muhammed Shehada, menyatakan tidak ada bukti bahwa al-Sharif terlibat dalam aktivitas permusuhan.

“Seluruh rutinitas hariannya hanya berdiri di depan kamera dari pagi hingga sore,” ujarnya.

 Israel sendiri telah sering kali membenarkan serangannya terhadap siapa saja, termasuk warga sipil dengan menyebutnya sebagai musuh atau target Hamas.

Bulan Juli 2025, pelapor khusus PBB untuk Kebebasan Berekspresi, Irene Khan, mengatakan bahwa ia sangat khawatir dengan ancaman dan tuduhan berulang dari tentara Israel terhadap Anas al-Sharif.

“Kekhawatiran akan keselamatan Anas al-Sharif beralasan karena semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa jurnalis di Gaza telah menjadi sasaran dan dibunuh oleh tentara Israel atas dasar klaim tak berdasar bahwa mereka adalah teroris Hamas,” kata Khan.

Jaringan Media Al Jazeera sebelumnya mengecam militer Israel atas "kampanye hasutan" terhadap para reporternya di Jalur Gaza, terutama Anas al-Sharif.

Komite Perlindungan Jurnalis bulan lalu juga menyatakan sangat prihatin atas keselamatan al-Sharif karena ia menjadi target "kampanye kotor" militer Israel.

Sejak Israel melancarkan perang di wilayah itu pada Oktober 2023, militer Israel secara rutin menuduh jurnalis Palestina di Gaza sebagai anggota Hamas.

Militer Israel dilaporkan telah menewaskan lebih dari 200 jurnalis dan pekerja media sejak awal pemboman, termasuk beberapa jurnalis Al Jazeera beserta keluarga mereka.

 

Baca juga: BERITA POPULER- Cucu Konglomerat 9 Naga Tewas, Pendaftaran PPPK BGN 2025, Sosok Chusnul Auditor BPKP

Baca juga: BERITA POPULER- Cucu Konglomerat 9 Naga Tewas, Pendaftaran PPPK BGN 2025, Sosok Chusnul Auditor BPKP

Baca juga: Australia dan Selandia Baru Akui Negara Palestina Secepatnya, Disusul Inggris, Prancis dan Spanyol

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved