Breaking News

Liputan Eksklusif Aceh

6 Meninggal & 7 Luka-luka, Korban Konflik Manusia vs Buaya di Aceh Singkil Sepanjang 2007-2025

Konflik manusia dengan buaya pertama kali terjadi pada 2007. Korbannya Ijah perempuan pencari lokan asal Desa Takal Pasir, Kecamatan Singkil.

Penulis: Dede Rosadi | Editor: Nurul Hayati
SERAMBINEWS.COM/ DEDE ROSADI
KORBAN SERANGAN BUAYA: Nelayan asal Desa Ujung Sialit, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil, Yasoziduhu (42) mengalami luka akibat diterkam buaya, Kamis (6/12/18) malam. 

Konflik manusia dengan buaya pertama kali terjadi pada 2007. Korbannya Ijah perempuan pencari lokan asal Desa Takal Pasir, Kecamatan Singkil.

Laporan: Dede Rosadi I Aceh Singkil

SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Konflik manusia versus buaya di Kabupaten Aceh Singkil, sudah berlangsung selama 18 tahun. 

Selama hampir dua dekade itu, enam orang warga Aceh Singkil, meninggal akibat terkaman buaya. 

Satu diantaranya korban bernama Yusril penduduk Siti Ambia, Kecamatan Singkil jasadnya tak ditemukan. 

Ketika mendapat serang buaya korban terlihat oleh istri dan anaknya yang melihat dari kejauhan pada 2015 lalu. 

Saat melakukan pencarian kerabat korban sempat melihat buaya mengangkat tubuh Yusril ke permukaan sungai, namun setelahnya hilang tanpa jejak.

Sementara korban luka akibat serangan buaya sebanyak tujuh orang tersebar di Kecamatan Singkil, Kuala Baru dan Kecamatan Pulau Banyak Barat.

Konflik manusia dengan buaya pertama kali terjadi pada 2007.

Korbannya Ijah perempuan pencari lokan asal Desa Takal Pasir, Kecamatan Singkil.

Jasadnya ditemukan mengambang di sungai dengan luka robek di bagian kepala dan tangan patah.

KORBAN SERANGAN BUAYA: Antonius Ingatan Gulo (24) penduduk Asantola, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil, selamat setelah bergumul dengan buaya di lautan, Senin (13/1/2020).
KORBAN SERANGAN BUAYA: Antonius Ingatan Gulo (24) penduduk Asantola, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil, selamat setelah bergumul dengan buaya di lautan, Senin (13/1/2020). (SERAMBINEWS.COM/ DEDE ROSADI)

Baca juga: Konflik Berkepanjangan Manusia vs Buaya di Aceh Singkil, Belasan Korban Berjatuhan

Terbaru konflik manusia dengan buaya terjadi pada awal 2025.

Pertama buaya menerkam Kaetek perempuan berusia 51 tahun asal Desa Teluk Rumbia, Kecamatan Singkil, pada 27 Januari 2025. 

Korban selamat, setelah mendapat perawatan di Puskesmas Singkil, akibat menderita luka bekas gigitan buaya di bagian lengan. 

Korban kedua adalah Sawiyah (63) perempuan asal Desa Rantau Gedang, Kecamatan Singkil, diterkam buaya pada 8 Februari 2025.

Sawiyah ditemukan meninggal, setelah sempat hilang diterkam buaya pada 9 Februari 2025.

Berdasarkan catatan Serambinews.com data korban serangan buaya di Kabupaten Aceh Singkil sepanjang 2007 sampai 2025 sebanyak ada 13 orang. 

Rinciannya sebagai berikut: 

Korban meninggal 

1. Ijah warga Desa Takal Pasir, Kecamatan Singkil 2007 

2. Yusril warga Desa Siti Ambia, Kecamatan Singkil 2015

3. Yamonaha Kulo (25) warga Desa Asantola 2016

4. Ereanus Telaumbanua warga Suka Makmur, Kecamatan Pulau Banyak Barat tahun 2018

5. Sojinema Zega warga Ujung Sialit, Kecamatan Pulau Banyak Barat 2021

6. Sawiyah warga Desa Rantau Gedang, Kecamatan Singkil 2025.

Baca juga: Selera Wisatawan Eropa Memang Beda, Datang Jauh-jauh ke Singkil hanya Mau Lihat Buaya 

Data korban luka 

BAKAR BUAYA: Ratusan warga Singkil, Kabupaten Aceh Singkil, bakar buaya, Minggu (5/4/2015)
BAKAR BUAYA: Ratusan warga Singkil, Kabupaten Aceh Singkil, bakar buaya, Minggu (5/4/2015) (SERAMBINEWS.COM/ DEDE ROSADI)

1. Usulludin warga Kuala Baru Sungai, Kecamatan Kuala Baru 2016 

2. Yasoziduhu warga Ujung Sialit, Kecamatan Pulau Banyak Barat 2018

3. Ama Tebi, warga Ujung Sialit, Kecamatan Pulau Banyak Barat 2018

4. Antonius Ingatan Gulo warga Asantola, Kecamatan Pulau Banyak Barat 2020

5. Eti Zapo Gea warga Desa Ujung Sialit, Kecamatan Pulau Banyak Barat 2023

6. Amanota warga Desa Asantola, Kecamatan Pulau Banyak Barat 2024

7. Kaetek warga Teluk Rumbia, Kecamatan Singkil 2025

Korban manusia akibat serangan buaya, tidak boleh terus dibiarkan. 

Oleh karena itu, perlu langkah nyata untuk mencegah konflik manusia versus buaya terus berkepanjangan. 

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Singkil, Taufik mendesak pihak terkait serius menangani konflik manusia dengan buaya, sebelum kembali jatuh korban manusia.

Menurutnya penangan buaya harus segera dilakukan, sebelum masyarakat bertindak sendiri akibat pemerintah abai terhadap keselamatan warganya.

Penyelesaian konflik manusia versus buaya juga harus dilakukan sebelum kembali jatuh korban manusia.

Jika sudah jatuh korban, biasanya hanya  tindakan reaktif yang terkadang tidak menjadi solusi jangka panjang.

"Jangan sampai korban terus bertambah, dikawatirkan masyarakat bertindak sendiri karena tidak ada penangan serius," tegasnya. (*)

Baca juga: Buaya Tersangkut Jaring Nelayan Sungai Tanah Bara Aceh Singkil Jadi Tontonan Warga

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved