Konflik Palestina vs Israel

Mantan Kepala Intel Israel Sebut 50 Ribu Warga Palestina Harus Mati, Tak Peduli Anak-anak

Aharon Haliva mengatakan jumlah korban tewas di Gaza , yang menurutnya lebih dari 50.000 orang

Editor: Amirullah
Tangkap Layar Twitter/X
Gagal menghardik serangan Hamas 7 Oktober 2023, Kepala Direktorat Intelijen Militer Israel, Mayor Jenderal Aharon Haliva meletakkan jabatannya, Senin (22/4/2024). 

SERAMBINEWS.COm - Mantan Kepala Intelijen Militer Israel, Jenderal Aharon Haliva, membuat pernyataan mengejutkan dalam rekaman yang disiarkan Channel 12 Israel.

Ia menyebut 50 ribu warga Palestina harus mati untuk setiap orang Israel yang tewas pada 7 Oktober 2023, dan menegaskan “tidak masalah sekarang apakah mereka masih anak-anak.”

Haliva menyebut angka korban tewas lebih dari 50 ribu di Gaza sebagai “pesan untuk generasi mendatang” warga Palestina.

Ia bahkan merujuk pada tragedi Nakba 1948 sebagai bentuk hukuman kolektif yang harus dirasakan kembali.

Pernyataan keras itu menambah sorotan dunia internasional terhadap perang Israel-Palestina, terutama terkait tuduhan genosida dan pelanggaran hukum humaniter internasional.

Diketahui, Jenderal Israel yang memimpin intelijen militer pada 7 Oktober 2023, Aharon Haliva mengatakan 50 ribu warga Palestina harus mati untuk setiap orang yang terbunuh pada hari itu dan "tidak masalah sekarang apakah mereka masih anak-anak", dalam rekaman yang disiarkan oleh stasiun TV Channel 12 Israel.

Baca juga: Kisah Pemilik Parfum Project 1945 Sukses Berkarya Sebelum 30 lewat Aroma dan Cerita Indonesia

Aharon Haliva mengatakan jumlah korban tewas di Gaza , yang menurutnya lebih dari 50.000 orang, “diperlukan” sebagai “pesan untuk generasi mendatang” warga Palestina.

"Mereka perlu Nakba sesekali agar merasakan akibatnya," tambahnya, merujuk pada pengusiran massal lebih dari 700.000 warga Palestina dari rumah dan tanah mereka setelah berdirinya Israel pada tahun 1948. Nakba berarti bencana dalam bahasa Arab.

Banyak pemimpin dan media Israel telah menggunakan retorika genosida terhadap warga Palestina sejak serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober, termasuk menggambarkan mereka sebagai “hewan manusia”, mengatakan tidak ada “orang tak bersalah” di Gaza dan menyerukan penghancuran total Gaza dan pembersihan etnis .

Akan tetapi, deskripsi Haliva tentang kampanye pembunuhan massal yang melibatkan anak-anak adalah deskripsi langsung yang luar biasa tentang hukuman kolektif terhadap warga sipil, yang ilegal menurut hukum internasional.

Haliva, yang mengundurkan diri dari jabatannya pada April 2024, juga tampaknya mendukung angka korban yang dikumpulkan oleh otoritas kesehatan di Gaza, yang sering dikritik oleh pejabat Israel sebagai propaganda. Angka-angka tersebut telah terbukti andal dalam konflik-konflik sebelumnya.

Channel 12 mengatakan percakapan yang tidak bertanggal itu direkam "dalam beberapa bulan terakhir". Kementerian Kesehatan Gaza mencatat korban tewas akibat serangan Israel telah melampaui 50.000 jiwa pada bulan Maret dan baru-baru ini meningkat di atas 60.000 jiwa.

Data terkini yang diterbitkan Israel mengenai perang tersebut menyebutkan jumlah militan yang terbunuh sekitar 20.000, jadi Haliva tentu menyadari bahwa bahkan menurut hitungan negaranya sendiri, sebagian besar warga Palestina yang terbunuh adalah warga sipil.

"Fakta bahwa sudah ada 50.000 orang tewas di Gaza adalah hal yang penting dan dibutuhkan untuk generasi mendatang," ujarnya dalam komentar siaran. "Untuk semua yang terjadi pada 7 Oktober, untuk setiap orang pada 7 Oktober, 50 warga Palestina harus mati. Tidak masalah sekarang jika mereka anak-anak."

Sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan lintas perbatasan yang dipimpin Hamas, sebagian besar dari mereka warga sipil, dan 250 orang disandera di Gaza.

Baca juga: Ribuan Masyarakat Tumpah Ruah Tonton Pawai Alegoris, Peserta Dilepas Walikota Langsa di Pendopo

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved