Opini

Pendidikan dan Transformasi Sosial sebagai Pilar Perdamaian

PENANDATANGANAN Memorandum of Understanding (MoU) di Helsinki tidak hanya menandai berakhirnya konflik bersenjata

Editor: mufti
IST
Prof Dr Ir Marwan, Rektor Universitas Syiah Kuala 

Menuju kesejahteraan

Pendidikan yang merata, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan lokal akan melahirkan generasi muda yang produktif, inovatif, dan mampu bersaing di tingkat nasional maupun global, tanpa kehilangan identitas keacehannya.

Program vokasi, pelatihan keterampilan dan pendidikan tinggi yang adaptif harus dirancang untuk menjawab tantangan pengangguran terbuka yang mencapai 5,5 persen pada 2025, dengan fokus pada sektor pertanian, perikanan, dan ekonomi kreatif.

Namun pendidikan tidak hanya soal keterampilan teknis. Tapi jalan menuju keadilan sosial. Ketika kelompok termarjinalkan seperti anak-anak dari keluarga korban konflik dan keluarga miskin dapat mengakses pendidikan yang bermutu, ketika perempuan dari desa terpencil dapat melanjutkan studi ke perguruan tinggi, dan ketika penyandang disabilitas mendapat ruang belajar yang inklusif. Di situlah pendidikan menjadi alat pembebasan dan pemberdayaan.

Pendidikan yang berpihak pada masyarakat akar rumput akan memperkuat kohesi sosial, mengurangi ketimpangan, dan mendorong partisipasi aktif dalam pembangunan. Ia menjadi ruang di mana nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan solidaritas ditanamkan sejak dini. Dalam konteks Aceh, pendidikan yang berakar pada nilai Islami, budaya lokal dan terbuka terhadap dunia global akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijak, berkarakter, dan berkomitmen menjaga perdamaian.

Dua puluh tahun setelah MoU Helsinki, Aceh telah membuktikan bahwa perdamaian dapat kita jaga, dan bahwa masa depan dapat dibangun di atas pondasi dialog, keadilan, dan pendidikan. Namun, tantangan transformasi sosial belum selesai. Perdamaian menuntut komitmen berkelanjutan dari semua pihak.

Pendidikan yang kontekstual, inklusif, dan berbasis teknologi harus menjadi jantung dari pembangunan Aceh ke depan. Melalui investasi pada generasi muda, kita tidak hanya menjaga warisan damai, tetapi juga menanam harapan baru bagi Aceh yang lebih sejahtera dan bermartabat. Kini saatnya merawat damai, bukan sekadar mengenangnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved