Liputan Eksklusif Aceh

Cerita Wika Anjani, Menyerah Hingga Putus Sekolah Karena tak Ada Uang Jajan

Tapi kisah Wika sedikit berbeda. Ia bukan tidak mampu beli seragam atau membayar SPP. Ia berhenti sekolah hanya karena tidak ada uang jajan

Penulis: Sadul Bahri | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/SA’DUL BAHRI
Wika Anjani mengisi absensi pada kegiatan pengajian di musholla di Gampong Pasir, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Jumat (22/8/2025), tempat ia mengikuti pengajian bersama forum mualaf. 

Laporan Sa’dul Bahri | Aceh Barat

SERAMBINEWS.COM, MEULABOH – Di balik senyumnya yang lembut dan suaranya yang pelan, tersimpan cerita getir dari seorang pria belia bernama Wika Anjani

Di usianya yang kini menginjak 17 tahun, ia seharusnya duduk di bangku kelas tiga SMA yang sibuk mempersiapkan masa depan. Namun kenyataan berkata lain.

Wika Anjani, warga Gampong Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, adalah satu dari ribuan anak di daerah itu yang terpaksa putus sekolah karena masalah ekonomi. 

Tapi kisah Wika sedikit berbeda. Ia bukan tidak mampu beli seragam atau membayar SPP. Ia berhenti sekolah hanya karena tidak ada uang jajan.

“Saya berhenti sendiri, Pak. Karena tidak ada uang jajan,” ungkap Wika dengan lirih saat ditemui di sebuah mushalla tempat ia mengikuti pengajian bersama forum mualaf di Gampong Pasir, Kecamatan Johan Pahlawan, Jumat (22/8/2025).

Baca juga: Lebih dari 1.000 Anak Putus Sekolah di Aceh Barat, Pemerintah Dorong Program Pendidikan Alternatif

Wika keluar dari sekolah tiga tahun lalu, tepat ketika ia duduk di kelas III SMP Muhammadiyah Meulaboh, saat menjelang mengikuti ujian akhir. 

Keputusannya saat itu bukan karena dipaksa atau dilarang. Ia sendiri yang memilih menyerah.

“Sebenarnya saya ingin sekali sekolah, tapi sekarang, rasanya sudah tidak mungkin lagi,” lanjutnya.

Duduk bersila di sudut mushalla, mengenakan peci hitam dan mengenakan baju oblong putih dan memakai kain sarung, Wika terlihat seperti pemuda biasa. 

Namun jauh di dalam dirinya, ia menyimpan cita-cita besar, ingin menjadi seorang pengusaha.

Sayangnya, tanpa ijazah, tanpa pendidikan, dan tanpa akses pelatihan, impiannya terasa seperti mimpi kosong. 

Baca juga: 10 PKBM Jadi Solusi Nyata Atasi Anak Putus Sekolah di Aceh Barat

Ia menyadari betapa pentingnya pendidikan saat melihat teman-temannya kini melangkah ke jenjang lebih tinggi, sementara ia terhenti di tengah jalan.

“Saya juga ingin punya ijazah, seperti yang lain. Tapi apakah masih mungkin untuk saya,” tanyanya, matanya menerawang.

Wika adalah anak bungsu dari enam bersaudara, tumbuh dalam keluarga yang hidup serba kekurangan. 

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved