Meski pengacara profesional, menurut Hendri, keputusan Yusril juga berkaitan dengan kepentingan politik.
"Sebagai Ketua Umum PBB, bergabung dengan Jokowi lebih strategis," kata Hendri.
Hendri mengatakan, Yusril pasti mempertimbangkan banyak hal.
Salah satunya, dampak elektoral yang bisa didapatkan PBB jika mendukung Jokowi-Ma'ruf.
Dalam berbagai survei, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf jelas lebih tinggi daripada Prabowo-Sandiaga.
"Pertimbangan lainnya kan PBB juga memang tidak siap menjadi oposisi dan baru kali ini saja jadi oposisi. Sebelumnya kan tidak pernah," kata Hendri.
Selain itu, Hendri menilai, bagi Jokowi-Ma'ruf, kesediaan Yusril menjadi kuasa hukumnya juga akan memperkuat.
"Pasti Pak Jokowi-Maruf juga berhitung. Kan ada beberapa hal yang dijanjikan (Jokowi) yang belum terpenuhi, pasti dia butuh seorang pengacara tangguh yang bisa membela dia," kata Hendri.
Menurut Hendri, status Yusril yang merupakan pengacara Hizbut Tahrir Indonesia, ormas yang dilarang pemerintah, tidak terlalu berpengaruh pada Jokowi-Ma'ruf.
Dia yakin Yusril bisa menjawab hal ini.
"Jadi sama sama win-win ya. Pak Jokowi mendapatkan jasa profesional Pak Yusril, Yusril mendapat benefit lebih dari elektabilitas Pak Jokowi terutama untuk PBB," kata Hendri.(*)
Baca: Batalkan Kenaikan Cukai Rokok Dianggap Tak Mendukung Program Kesehatan, Ini Bantahan Wapres JK
Baca: Bayi Kembar Dilempar dari Mobil di Tepi Jalan Raya, Salah Satunya Meninggal Dunia
Baca: Ini Faktor Penyebab Rupiah Menguat Terhadap Dollar Amerika Serikat
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Yusril Jadi Pengacara Jokowi, PBB Masih Buka Kemungkinan Dukung Prabowo "