Citizen Reporter

Makam Syekh Syamsuddin As Sumatrani di Melaka, Bukti Sejarah Keperkasaan Aceh

Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tarmizi Abdul Hamid (Cek Midi) di Makam Tokoh Ulama Agung Sufi Aceh, Syekh Syamsuddin As Sumatrani di Kampung Ketek, Melaka, Malaysia, Selasa (4/2/2020)

Tarmizi Abdul Hamid (Cek Midi)Direktur Rumoh Manuskrip Aceh dan Budayawan Aceh melaporkan dari Melaka, Malaysia

Kampung Ketek terletak persis di tengah-tengah kota tua Melaka, Malaysia.

Kampung yang nuansanya penuh dengan rumah penduduk berarsitektur khas melayu masih bertahan walau zaman sudah beralih ke modern.

Begitulah kampung Ketek, asal usul dari bahasa Minang yaitu kampung kecil.

Penduduknya yang ramah dan bersahaja menyambut kami dengan suka cita, apa lagi ketika kami katakan dari Aceh.

Kami ini harus memasuki lorong kecil yang tentunya tidak bisa dilewati oleh mobil yang mengantar kami dari Kuala Lumpur.

Sultan Iskandar Muda di Mata Warga Khasmir, Pemimpin Muslim yang Saleh dan Sadar Akan Tuhan

Namun sepanjang lorong ini terlihat sangat bersih dan rapi disebelah kanan dan kiri berdiri kokoh rumah-rumah warga kampung ketek tertata rapi khas trah melayu asli.

Di Kampung Ketek Melaka inilah terletak Makam Tokoh Ulama Agung Sufi Aceh yaitu ; Syekh Syamsuddin As Sumatrani, Indatu leluhur Aceh yang ahli sastra ini bersemanyam di sini hampir 400 tahun yang lalu.

Sesampai di Makam Pahlawan Perang kebanggaan Aceh ini, kami disambut dengan prasasti sebagai papan identifikasi Makam Syekh Penasehat Sultan Iskandar Muda ini.

Kami membaca dengan seksama diiringi dengan linangan air mata yang penuh makna.

Linangan air mata kaum musafir dari seberang.

Karena kami merasa terharu dan bangga sambil membayangkan kehidupan masa lalu itu.

Dimana seorang Panglima Perang serta ribuan mujahidin Aceh dengan mengarungi selat Melaka menggunakan kapal layar kayu dari Aceh dengan tujuan, untuk mengejar Portugis demi kebebasan Islam untuk melayu di Tanah Melaka.

20 Regu Ikut Napak Tilas, Peringati 120 Tahun Gugur Teuku Umar

Tarmizi Abdul Hamid (Cek Midi) di Makam Tokoh Ulama Agung Sufi Aceh, Syekh Syamsuddin As Sumatrani di Kampung Ketek, Melaka, Malaysia, Selasa (4/2/2020) (FOR SERAMBINEWS.COM)

Berikut tulisan yang ada di prasasti Makam Syekh Syamsuddin As Sumatrany ;

Nama sebenar beliau Syed Syamsuddin Ibni Al-Sumatra
Beliau merupakan seorang ulamak, sasterawan dan pahlawan terbilang di Negeri Acheh di zaman Pemerintahan Sultan Iskandar Muda.

Apabila Melaka ditakluki oleh Portugis pada tahun 1511, Acheh sering menyerang Portugis di Melaka. Tujuan serangan dilakukan adalah untuk mengembalikan Melaka kepada keadaan asal dan bebas dari jajahan takluk orang-orang Barat dan juga untuk menegakkan syiar Islam.

Dalam salah satu serangan yang dilakukan oleh Angkatan Tentera Acheh terhadap Portugis di Melaka, Syamsuddin Al - Sumatrani telah turut serta. Bersama-sama beliau iayalah Panglima-panglima Acheh termasuk Panglima Pidi Angkatan tentera Acheh gagal untuk menewaskan Portugis.

Syamsuddin Al-Sumatrani dikatakan tidak kembali bersama-sama angkatan perang Acheh. Beliau dan Panglima Pidi dipercayai telah terkorban jasad Panglima disemadikan di Puncak Gedung (Bukit China) dikenali sebagai keramat panjang manakala jasad Syamsuddin Al-Sumatrani disemadikan di Kampung Ketik, Melaka.

Rumah Dosen Unsyiah Diobrak-abrik Maling, Emas 97 Mayam Plus Cincin Berlian Hilang

Siapa yang tidak bangga membaca tulisan singkat tentang Syekh Syamsuddin As Sumatrany di prasasti kompleks makam Kampung Ketek terutama orang Aceh sendiri,.

Di sini bermakna penyerangan berkali kali oleh para mujahid dari Aceh untuk membebaskan rakyat Melaka dan Sultannya dari jajahan Portugis.

Makam Penasehat Perang Aceh ini sangat panjang dan dilapisi dengan keramik serta sangat bersih.

Di pagar dengan tembok khusus untuk Makam Syekh Sastrawan Sufi ini diantara makam-makam kecil lainnya yang juga diduga sebagai bala tentera Aceh.

Nama lengkap Ulama Sufi dari Pasee ini (Aceh Utara sekarang) Syekh Syamsuddin Ibnu Abdullah As -Sumatrany atau pada zaman beliau sering dipanggil Syamsuddin Pasai.

Beliau hidup di Aceh diantara Abad 16 sampai pada pertengahan Abad ke 17 Masehi, tepatnya pada masa Kerajaan Iskandar Muda (1607 - 1636) Masehi.

Cara Malaysia Gaet 27 Juta Wisatawan

Syekh Syamsuddin As-Sumatrani, karena ahli bidang ilmu pengetahuan dan diplomatik, beliau dipercaya oleh Sultan Iskandar Muda.

Beliau menduduki jabatan paling penting pada masa puncak keselarasan kegemilangan Aceh Darussalam.

Sebagai Syakh al-Islam Qadhi Malikul Adil atau mufti Kerajaan, penasehat perang, pakar diplomasi, pakar sastra, dan pakar ilmu tassawuf juga ulama paling pemberani saat Aceh mencapai puncak peradaban tinggi di masa Sultan Iskandar Muda,

Terutama dalam misi perang mengusir Portugis di Kota Melaka.

Efek kehadiran Portugis di Melaka, Aceh memberi respon terhadap kedudukan Portugis tersebut dengan melakukan ekspansi militer besar-besaran untuk menyerang Portugis di Melaka.

Dalam berbagai sumber sejarah mengatakan, tujuan penyerangan Portugis di Melaka ini semata-mata karena Kerajaan Aceh Darussalam pada saat itu dikhawatirkan akan terganggu pada bidang Konstelasi politik, ekonomi, budaya bahkan agama pada kawasan ini.

Sumber lain menyatakan lagi bahwa ; persaingan dagang lada muslim akan sangat terganggu dikawasan selat Melaka yang memang pada saat itu paling sibuk arus pedagang keluar masuk ke Aceh dari dan ke Eropah.

Tujuan kehadiran Portugis di Melaka untuk tujuan mendominasi perdagangan laut dan menyebarkan Agama Kristen dan Khatolik pada kawasan itu, pada sendiri nya sudah mengganggu stabilitas penguasa Aceh di kawasan Selat Melaka dan terganggunya para pelaku ekonomi muslim dalam menjalankan aktivitasnya di jalur emas Selat Melaka tersebut.

Menangkap Peluang di Antara Pelancong Malaysia dan Penjual Salak di Pasar Aceh

Syamsuddin sendiri ber firasat bahwa ; Portugis sebelum masuk Aceh, terlebih dahulu mereka akan berpangkalan di Melaka.

Karena penguasa Melaka pada saat itu tergolong lemah, sehingga Portugis lebih leluasa menduduki Melaka.

Atas dasar firasat itu, maka Syekh Syamsuddin As-Sumatrani menasehati Sultan Iskandar muda untuk memberi izin menyerang Melaka.

Bangsa Portugis tidak saja sebagai rival dagang akan tetapi di mata Aceh mereka juga sebagai musuh bebunyutan Agama.

Respon yang diperlihatkan oleh Kerajaan Aceh ini terhadap ekspansi militer ke Melaka, membuat Kerajaan-kerajaan Dunia Islam lainnya merasa kagum atas keberanian Kerajaan Aceh Darussalam ini.

Fakta sejarah telah mencatat ekspansi militer Aceh ke Malaka, sudah beroperasi beberapa kali.

Yaitu pada tahun 1537, 1547, 1568, 1573, 1575, 1582, 1587, 1606, dan pada tahun 1623 dan 1629 Masehi, Aceh menyerang kembali dibawah komando Ulama besar Aceh yaitu Syamsuddin As-Sumatrani.

Pada saat menyerang Melaka, Malaysia, beliau sebagai orang baris terdepan sebagai Panglima Perang yang paling disayang oleh Sultan Iskandar Muda.

Karier perangnya dalam mengejar Portugis tidak saja lihai di lautan akan tetapi lihai juga di daratan.

Ustaz Abdul Somad dan Tu Sop Berjumpa di Kuala Lumpur Malaysia, Serius Bicarakan Dakwah

Tarmizi Abdul Hamid (Cek Midi) di Melaka, Malaysia, Selasa (4/2/2020) (FOR SERAMBINEWS.COM)

Dalam catatan sejarah juga perjalanan beliau sangat berprestasi dalam hidupnya termaktub dalam Kitab Bustan Al-Salatin (Kebun di Raja-raja).

Beliau syahid dalam pertempuran dengan Portugis di Melaka pada tanggal 25 Februari 1630 M atau bertepatan dengan hari Senin, 12 Rajab 1038 H.

Kampung Ketek Melaka menjadi peristirahatan terakhir (sumber Bustan Al-Salatin)

Sejumlah karya yang telah diwariskan kepada kita dan diantara karya yang sangat populer Thariq al-Salihin dan Nur al-Daqaiq.

Aceh telah menoreh tinta emasnya dalam kesejarawan dunia, yang telah menunjukkan keperkasaan perang di Negeri orang terhadap kehadiran Portugis di Negeri Melaka.

Operasi perang ini telah ditunjukkan oleh Aceh pada awal-awal kependudukan eropah di Melaka pada tahun 1511 Masehi.

Hegemoni politik Kerajaan Aceh dan kemampuan militer yang kuat yang sepenuhnya di back up oleh Kerajaan Turki Utsmani membuat Aceh menjadi singa laut Selat Melaka.

Semoga laporan ini menjadi inspirasi kepada generasi Aceh sekarang dan yang akan datang, siapa indatu Aceh yang sebenarnya.

Menjelajah Sungai Melaka dengan Cruise

Berita Terkini