Eksplorasi di Tanoh Abee, Makam Raja Pasai, dan Gampong Pande
Sungguh banyak tempat di Aceh yang ia kunjungi, namun tiga tempat yang kemudian menjadi ladang eksplorasi dan exploitasi utama seninya adalah Tanoh Abee, tepatnya Zawiyah Tanoh Abee di kecamatan Seulimum, Aceh Besar, Makam Raja-Raja Pasai, di Kecamatan Samudra, dan Gampong Pande di Banda Aceh.
Pilihan Tanoh Abee bagi Pirous bukan tanpa alasan.
Tanoh Abee adalah satu satunya tempat dimana konsentrasi transkrip dan manuskrip Aceh masa lalu tersimpan relatif lebih baik, walaupun cukup banyak pula yang telah hilang dimakan waktu.
Jumlah manuskrip masa lalu yang tersimpan di zawiyah itu sekitar 10.000. (Al Yasa dan Wamad 1992)
Pilihan Pirous terhadap Tanoh Abee sangat beralasan, karena selain dari beberapa karangan kitab dan hikayat, hanya zawiyah Tanoh Abee sajalah mampu memberikan sejumlah bukti penting artefak tentang praktek dan tradisi intelektual Aceh masa lalu.
Yang juga paling menarik tentang artefak Tanoh Abee juga mencerminkan pergumulan penalaran “the power of reason. and passion” dari berbagai pemahaman agama langsung dari asalnya, Mekkah dan Medinah, maupun dari kepustakaan Persia, Turki, dan Gujarat.
Zawiyah Tanoh Abee adalah sebuah lembaga pendidikan Islam tradisional (Aceh bahasa Aceh) yang didirikan oleh ulama asal Irak, Syekh Fayrus al-Baghdadi.
Dayah ini mencapai puncak perkembangannya pada akhir abad ke-19 di bawah pimpinan Syekh Abdul Wahab, alias Teungku Chik Tanoh Abee, yang sampai kini masih sangat dihormati dan dipandang sebagai figur terpenting dalam sejarah Dayah itu.
Baca juga: Napoleon, Kohler, Muzakir Walad, dan Warisan Gampong Pande (I)
Baca juga: Napoleon, Kohler, Muzakir Walad, dan Warisan Gampong Pande (II)
Ketika Azuymadi Azra (1994) menyatakan Aceh sebagai “nexus”-poros jaringan ilmu pengetahuan islam ke seluruh wilayah Melayu Nusantara pada abad ke 17, maka peninggalam budaya material tulisan yang masih tersedia hanya sejumah kitab, dan sejumlah hikayat yang berserakan di berbagai tempat.
Keunikan Tanoh Abee, sampai hari ketika Pirous mengunjunginya, adalah peninggalan artefak tulisan dan sejumlah benda lain yang terjaga selama lebih dari dua abad dengan suksesi kepemimpinan dan tradisi yang berlanjut.
Zawiyah yang didirikan oleh Syekh Fayrus Al Bagdadi yang sempat menjadi Qadhi-Malikul Adil Raja Iskandar Muda kemudian diteruskan oleh tujuh generasi lanjutan sampai kepada Tgk H. Muhammad Dahlan Al-Baghdadi pada penghujung abad ke 20.
Penelusuran yang dilakukan oleh Fadlan (2013) menemukan keluasan cakupan dari berbagai naskah yang ada di tanoh Abee mulai dari Ilmu Alquran, Hadis, Tafsir, Tauhid, Fikih, Tasawuf, Tata Bahasa, Logika, Ushul Fikih, Sejarah, Zikir, dan Doa.
Quran Aceh adalah julukan yang diberikan mushaf Alquran yang telah dimulai dari kerajaan Pasai pada abad ke 11 dan 12 dan kemudian terus berlanjut.
Tanoh Abee setidaknya mempunyai 23 Quran Aceh dari puluhan atau mungkin ratusan yang telah berumur cukup lama.