Berbagai bentuk mushaf Quran Aceh itu juga memberikan gambaran proses evolusi pribumisasi penulisan dan seni sekalgus, baik dengan melalui, iluminasi, dan warna.
Mushaf itu juga kemudian mencerminkan Acehnisasi penulisan Alquran yang termediasi melalui paling kurang tiga peradaban besar setelah periode Mekkah dan Madinah; Persia, India, dan mungkin Turki.
Salah satu contoh yang paling menonjol dari Mushaf Alquran Aceh misalnya berbeda dari khath dan motif mushaf pertama, Rasm Usmani, yang dibuat pada abad ke 7 semasa khalifah Usman.
Perbedaan itu sangat nyata pada motif hiasan dan ukiran dimana warna merah, hitam, dan kuning lebih menonjol yang pada mushaf pertama itu tidak seperti itu.
Baca juga: Napoleon, Kohler, Muzakir Walad, dan Warisan Gampong Pande (3- Habis)
Berbagai peninggalan Tanoh Abee baik berupa tradisi intelektual, mushaf, dan sejumlah artefak lain memberikan kekaguman tersendiri bagi Pirous, terutama dalam pencarian dirinya dan peta jalan untuk karir dan masa depannya.
Tanoh Abee kemudian menjadi tambang inspirasi dan kotemplasi Pirous dalam berbagai karyaseninya.
Puncak dari kekaguman Pirous terhadap Zawiyah Tanoh Abee diabadikan dalam bentuk kekaguman, kecintaan, takzim, hormat, dan doa kepada para ulama Tanoh Abee.
Karyanya yang diberi judul Doa XII/Penghormatan Kepada Tanah Abee sebagai pusat literasi Islam Melayu Nusantara pada zamannya dengan menempatkan kutipan surah Al Baqarah penutup ayat 148, “ Wallahu’ala kulli syaiin qadir” sebagai matahari dalam suasana senja dengan berbagai penumpukan dan gradasi warna dan citra reproduksi fotografi.
Pengakuan Pirous terhadap “Allah Maha Kuasa atas sesesuatu” ditimpakan di atas tembok kuno lebih mencerminkan pengakuan keluhuran budaya tradisional indatunya.
Kasih sayang relegius ibunya dan keseharian Pirous kecil dengan masyarakat Meulaboh yang kental dengan nilai-nilai keAcehan, asuhan dan darah seni dari ibunya, imajinasi Flash Gordon dan Winnetau tetap membekas dan berlanjut.
Pendidikan formal di ITB dan pengetahuan dan skill senirupa yang ia dapatkan di Rochester, AS membuatnya menjadi lebih mengenal dirinya.
Ia “menyerah” dan sekaligus mengakui dan takzim kepada ulama terdahulu, para ulama Tanoh Abee, sekaligus dengan tradisi intelekual yang berbungkus dengan seni yang luar biasa.
Pirous mendekap, asyik, dan tenggelam dalam pelukan Tanoh Abee.(*)
*) PENULIS adalah Sosiolog, Guru Besar Universitas Syiah Kuala.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.