Berita Aceh Tengah

dr Hardi Yanis Pamit Setelah 13 Tahun Jabat Direktur RSU Datu Beru Takengon

Penulis: Mahyadi
Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar didampingi Sekda Subhandhy Ap M Si, mengikuti acara lepas tugas Direktur RSU Datu Beru, Takengon, dr Hardi Yanis di Gedung Ummi, Pendopo Bupati, Jumat (9/7/2021) malam

Laporan Mahyadi | Aceh Tengah

SERAMBINEWS.COM, TAKENGON – dr Hardi Yanis SpPD merupakan sosok yang tak asing bagi sebagian besar masyarakat di Kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. 

Bahkan, nama dokter senior ini, nyaris tak bisa dipisahkan dengan RSU Datu Beru Takengon.

Bila mendengar nama RSU Datu Beru Takengon, ingatan langsung menuju sosok dokter yang dikenal suka bergaul hampir dengan semua orang. 

Pasalnya, selama 13 tahun terakhir, ia dipercaya menjabat Direktur RSU Datu Beru, Takengon.

Tepatnya, pada tahun 2008 , ia diberikan amanah untuk mengemban jabatan tersebut.

Baca juga: RSU Datu Beru Takengon Fungsikan Tiga Gedung untuk Tangani Pasien Covid-19    

Jauh sebelum menjabat Direktur RSU Datu Beru Takengon, Hardi Yanis, sudah mengabdi di beberapa instansi kesehatan di Kabupaten Aceh Tengah.

Ia mengawali karier sebagai dokter di kota dingin Takengon, sejak 1 April 1988.

Tahun 2005, pria kelahiran Simelue ini, berhasil menamatkan dokter spesialis di Semarang. Dan kembali mengabdi di Kabupaten Aceh Tengah. 

Direktur RSU Datu Beru Takengon, dr Hardi Yanis SpPD (SERAMBINEWS.COM/MAHYADI)

Sejak 13 tahun  silam, menakhodai rumah sakit RSU Datu Beru, Takengon, sudah banyak kemajuan yang dicapai. Tentu tak semudah seperti membalikan telapak tangan. 

Di perjalanannya, tak jarang  menemui aral melintang, namun demi pengabdian memajukan rumah sakit, semua diterabas.

Baca juga: Hendak Masuk Banda Aceh, 20 Sepeda Motor Disuruh Putar Balik di Posko Penyekatan Lambaro

Hasilnya kini, RSU Datu Beru, menjadi salah satu rumah sakit kedua terbesar di Provinsi Aceh, setelah Zainal Abidin Banda Aceh. 

Perjuangannya membesarkan RSU Datu Beru, Takengon, tak bisa dipandang sebelah mata.

Dari rumah sakit yang sebelumnya hanya memiliki 75 tepat tidur, kini sudah punya 450 tempat tidur. Jumlah itu, dibawah setingkat dari RSU Zainoel Abidin, Banda Aceh. 

Begitu dengan fasilitas lain. Selain adanya penambahan gedung, RSU Datu Beru, Takengon, juga sudah memiliki alat kesehatan CT-Scan.

Serta alat kateterisasi jantung yang menjadi rumah sakit pertama di Aceh memiliki alat tersebut, selain RSU Zainoel Abidin. 

Namun seiring berjalannya waktu, dr Hardi Yanis, mesti menanggalkan jabatan sebagai direktur lantaran telah memasuki masa purna tugas sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). 

Baca juga: Update Covid-19 Aceh - Total Pasien Positif Covid-19 di Aceh Capai 20.055 Orang

“Sebagai ASN, memang sudah masuk masa pensiun, tapi kan profesi sebagai dokter tidak pensiun. Tetap bisa mengabdi untuk masyarakat,” kata Hardi Yanis yang ditemui Serambinews.com, Jumat (9/7/2021) malam, disela acara lepas tugas direktur RSU Datu Beru, di Gedung Ummi, Pendopo Bupati Takengon. 

Justru, di penghujung masa pengabdiannya sebagai ASN, dr Hardi Yanis, dalam waktu dekat akan menyelesaikan pendidikan sebagai konsultan ginjal dan hypertensi.

Sehingga ilmunya akan tetap bermanfaat, meski tak lagi menjabat sebagai direktur RSU Datu Beru Takengon. 

“Kemungkinan besar, saya tetap mengabdi di Aceh Tengah, walaupun sudah pensiun dari pegawai negeri. Apalagi, kalau dibutuhkan tentu saya siap membantu,” tutur pria penghobi olahraga si kulit bundar ini. 

Disisi lain, Hardi Yanis, menyampaikan rasa terimakasih kepada pimpinan daerah yang sudah mempercayainya menjabat satu organisasi di jajaran pemerintah setempat, selama 13 tahun terakhir.

Baca juga: Kasus Covid-19 di Langsa Bertahan 15 Orang, Tidak Ada yang Dirawat

“Apalagi hari ini, dibuat lepas tugas. Setahu saya, belum ada pejabat sebelumnya, ketika pensiun ada acara lepas tugas seperti ini. Ini merupakan penghargaan bagi kami,” pungkas Hardi Yanis. 

Sementara itu, sosok dr Hardi Yanis di mata Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar, merupakan sosok dokter yang berdedikasi, bertanggung jawab dan inspiratif.

Di bawah kepemimpinannya, dia mampu menghantarkan RSU Datu Beru, Takengon, menjadi salah satu rumah sakit yang terbaik, terlengkap dan memiliki jumlah ranjang rawatan terbanyak di Aceh, setelah RSU dr Zainoel Abidin, Banda Aceh.

“Adik saya dokter Hardi ini adalah sosok yang berdedikasi dan bertanggungjawab akan tugas-tugasnya. Ini dapat kita lihat bagaimana RSUD Datu Beru, Takengon, terus berkembang dari waktu ke waktu,” kata Shabela Abubakar. 

Dikatakan Shabela Abubakar, berbagai prestasi sudah ditorehkan oleh dr Hardi Yanis, sejak memimpin rumah sakit ini.

Banyak perubahan besar terjadi di RSUD Datu Beru Takengon mulai dari insfrastruktur, peralatan, pelayanan dan tenaga medis yang semakin baik.

Baca juga: Aceh Harus Waspada Hadapi Serbuan Covid-19 Varian Delta Asal India

“Selama kepemimpinannya, pemikiran inspiratif dan inovatif terus dikontribusikan untuk memajukan rumah sakit yang kita banggakan ini,” puji Shabela. 

Untuk itu, kata Shabela Abubakar, lepas tugas yang dilaksanakan merupakan penghargaan untuk dr Hardi Yanis yang sudah mendarma baktikan dirinya untuk kemajuan RSU Datu Beru. 

“Ke depan, lepas tugas seperti ini, juga kita laksanakan untuk pejabat lain yang memasuki masa pensiun. Sebagai bentuk penghargaan kita atas jasa mereka,” sebutnya.

Hal senada disampaikan oleh Wakil Ketua DPRK Aceh Tengah, Edi Kurniawan.

Ia juga mengapresiasi, perkembangan RSU Datu Beru, Takengon, selama beberapa tahun terakhir. 

“Kita ketahui bersama, bahwa buah tangan dari dr Hardi Yanis, bisa membawa rumah sakit naik kelas. Dari tipe C, menjadi tipe B. Tentu menjadi kebanggan kita bersama,” ucap Edi Kurniawan. 

Baca juga: Warkop di Banda Aceh Boleh Buka Hingga Jam 9 Malam, Tempat Ibadah tak Ditutup, Wajib Patuhi Protkes

Namun, sebut Edi Kurniawan, ini menjadi sebuah tantangan bagi direktur baru, agar bisa lebih baik dari sebelumnya.

Sehingga RSU Datu Beru Takengon, bisa lebih maju dan semakin dipercaya oleh masyarakat. 

“Kita berharap, dr Hardi Yanis, tetap memberikan masukan untuk kemajuan rumah sakit karena beliu sudah berpengalaman.

Apalagi, di masa pandemi ini, sangat dibutuhkan tangan tangan terampil dan gesit dalam penanganan COVID-19,” harapnya. 

Sepeninggal dr Hardi Yanis, kini jabatan Direktur RSU Datu Beru, Takengon diemban oleh Plt dr Gusnarwin sampai dengan selesaikan proses lelang jabatan yang akan dilaksanakan oleh Pemkab Aceh Tengah, dalam waktu dekat. (*) 

Baca juga: Waspada! Balai Litbangkes Deteksi Varian Baru Virus Corona di Aceh

Berita Terkini