Jurnalisme Warga

Putroe Neng dan Kontroversial Hidupnya di Teluk Samawi

DATANG dari Jakarta akhir Agustus lalu, empat hari saya jejakkan kaki di kota “petrodollar” Lhokseumawe

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Putroe Neng dan Kontroversial Hidupnya di Teluk Samawi
FOR SERAMBINEWS.COM
MELINDA RAHMAWATI, Alumnus Pendidikan Sejarah Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA, mantan peserta Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Kampus Universitas BBG, melaporkan dari Lhokseumawe

OLEH MELINDA RAHMAWATI, Alumnus Pendidikan Sejarah Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA, mantan peserta Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Kampus Universitas BBG, melaporkan dari Lhokseumawe

DATANG dari Jakarta akhir Agustus lalu, empat hari saya jejakkan kaki di kota “petrodollar” Lhokseumawe.

Kota yang menjadi 'mercusuar' penyebaran agama Islam di Nusantara pada masa lalu.

Selama empat hari itu banyak tempat saya kunjungi.

Misalnya, Makam Teungku Di Lhokseumawe yang berlokasi di Kecamatan Banda Masen, Museum Samudra Pasai, dan Makam Malikussaleh yang berlokasi di Kecamatan Samudera, makam cucu beliau, Sultanah Nahrisyah, dan Makam Batee Balee di kecamatan yang sama.

Seperti lawatan saya sebelumnya, perjalanan saya lebih didominasi observasi situs purbakala berbentuk makam.

Bahasa leluconnya, 'dari kuburan ke kuburan'.

Demikianlah keunikan situs cagar budaya dan benda purbakala di Aceh, didominasi oleh nisan makam dan relief kaligrafi yang beragam fungsi pada masa itu.

Dalam perjalanan kali ini, saya bersama Pengawas SD Dinas Pendidikan Kota Lhokseumawe sekaligus penulis cerita anak pilihan Kemdikbud, Ibu Syamsiah Ismail MPd, berdiskusi mengenai makam-makam yang telah kami kunjungi tersebut.

Di tengah perbincangan kami, terpikir tentang satu makam yang sangat kontroversial.

Makam ini bukan milik sembarang orang, bahkan ternyata orang yang dimakamkan bukanlah orang Aceh atau ulama yang datang dari Haramain (Arab).

Baca juga: Lhokseumawe Art Festival Pentaskan “Jejak Putroe Neng”

Baca juga: Kisah Putroe Neng Menikah dengan 100 Pria, 99 Suaminya Meninggal di Malam Pertama

Makam tersebut adalah Makam Putroe Neng, seorang kapten Cina Siam (Thailand) yang datang ke Aceh pada masa lalu.

Dalam diskusi tentang Putroe Neng tersebut, Ibu Syamsiah menceritakan dua hal yang terjadi saat orang lain meliput atau ingin menuliskan tentang sosok Putroe Neng ini.

Cerita gaib pertama datang dari salah satu teman Bu Syamsiah yang melakukan penelitian akhir magister sastra dengan mengambil judul analisis tentang novel Putroe Neng, karya Ayi Jufridar yang terbit tahun 2011.

Hingga akhirnya ia mengalami menstruasi yang tidak berhenti setiap ia membuat laporan analisis novel tersebut.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved