Oleh: Ahmad Humam Hamid*)
BANYAK pemerhati perang dan penjajahan kolonial Belanda di Aceh sering terperangkap melihat Aceh pada periode itu hanya dari persoalan perang semata.
Mungkin sebagian abai, bahwa tujuan penjajahan dimanapun di dunia, termasuk di Aceh, lebih didasari kepada eksploitasi ekonomi, dengan menghalalkan berbagai cara.
Dalam perjalanan sejarah penjajahan, persoalan keadilan, kewajaran, dan berbagai perangkat lainnya yang secara substansial berurusan dengan moral, tidaklah menjadi perhatian.
Hal ini tentu saja sangat beralasan, karena logika moral sama sekali tidak bisa dipertemukan dengan logika penjajahan yang secara hakekatnya ibarat minyak dengan air yang tak pernah bisa dipersatukan.
Apa yang menarik dengan Van Heustz selama ia memerintah Aceh 1898-1904, adalah soal kemampuanya menciptakan suasana Aceh lebih aman dan “lebih dapat diperintah” dari masa sebelumnya.
Bahwa kemampuan itu dibangun atas dasar pembunuhan rakyat nonkombatan dan bumi hangus, bagi Kerajaan Belanda, itu tak lebih dari produk sampingan yang dimaknai dengan logika penjajahan tersendiri.
Terlepas dari segala sepak terjang dan kebijakan Van Heustz yang tak beradab, ia adalah seorang Gubernur Militer yang mempunyai wawasan ekonomi dan pembangunan yang mumpuni.
Ia meletakkan dasar-dasar ekonomi moderen di Aceh yang menjadi fondasi penting perkembangan dan pembangunan Aceh, tidak hanya pada masanya, namun jauh melintasi zaman, sampai hari ini.
Kemampuannya membangun ekonomi Aceh memberikan gambaran yang lebih konkrit bagi Kementerian Urusan Penjajahan Belanda yang mempunyai catatan khusus untuknya.
Van Heustz seolah mempunyai formula tentang bagaimana mengelola ekonomi dan pembangunan di daerah kawasan konflik dan perang yang tak pernah selesai seperti Aceh.
Apa yang dilakukan oleh Van Heustz ketika ia menjabat Gubernur pada hahekatnya lebih merupakan jawaban terhadap sebuah arus besar ekonomi global yang sedang bertransformasi dengan sangat deras dari sistem kapitalisme merkantilis, ke sebuah fase baru, sistem kapitalisme modern yang mempunyai bentuk dan ciri yang sangat berbeda.
Ketika Marx dan Engels menulis The Comunist Manifesto pada tahun 1848, mereka meramalkan kapitalisme modern yang telah mulai tumbuh pada awal abad ke 19, akan menyebar ke seluruh dunia pada penghujung abad itu, dan akan terus merasuk ke berbagai pelosok Asia dan Afrika pada awal abad ke 20 dan seterusnya.
Ada sejumlah ciri menonjol dari sistem kapitalis moderen dimana peran kuat swasta yang memiliki tanah, pabrik, sistem komunikasi, dan transportasi.
Sistem ini didominasi oleh sekelompok kecil kelas yang menginvestasikan uang atau modal dan seringkali berasosiasi dengan pasar modal.