Acara yang dilaksanakan pada 8 November 1999 di depan Mesjid Raya Baiturrahman itu menyerukan dan mendesak agar Aceh diberikan kesempatan referendum penentuan nasib sendiri, seperti yang telah diterapkan di provinsi Timor Timur beberapa waktu sebelumnya.
Acara itu dihadiri oleh banyak tokoh, baik karena ingin melihat, maupun karena “terpaksa” hadir akibat situasi yang sangat tidak menentu.
Baca juga: Menteri Skotlandia Rencanakan Referendum, Ingin Merdeka dari Inggris
Tak lama setelah acara referandum SIRA itu berlangsung, Gus Dur membuat keputusan memberhentikan Prof. Syamsudin Mahmud.
Pemberhentian itu pada dasarnya lebih didasari pada keikutsertaan pemerintah daerah untuk memperjuangkan referendum ke Jakarta.
Petisi yang ditandatangani oleh ketua DPRD Aceh pada masa itu, Haji Muhammad Yus- Abu Yus dan Wakil Gubernur Bustari Mansyur menjadi dasar pertimbangan Gus Dur untuk memberhentikan keduanya.
Syamsudin ditawarkan untuk satu jabatan tertentu oleh pemerintah pusat, tetapi sang Profesor itu menolak dengan halus.
Baca juga: Gubernur Aceh - Apa Beda Soekarno, Soeharto, Gus Dur, SBY, dan Partai Aceh - Bagian I
Baca juga: Indra Iskandar, Sekjen DPR RI Asal Aceh, Pernah Ditugas Gus Dur Jumpai Panglima GAM Abdullah Syafii
Pilihan Gus Dur: Ramli Ridwan
Kini tiba giliran Gus Dur untuk menentukan calon pejabat Gubernur yang akan mempersiapkan pemilihan gubernur definitif berikutnya.
Gus Dur berdiskusi panjang dengan Mayjen Purn. Soeryadi Soedirdja, mantan gubernur DKI yang dangkatnya menjadi Menteri Dalam Negeri, sekaligus menjadi Menko Polkam ad interim pada masa itu.
Perintah Gus Dur kapada Soeryadi, sangat jelas dan terang,-“cari orang Aceh!”
Perintah itu dilaksanakan dengan baik oleh Soeryadi, mencoba mencari orang Aceh di Departemen Dalam Negeri, sekaligus mencari dua pendamping calon “intat linto” untuk dipilih dan diputuskan oleh Presiden Gus Dur.
Soeryadi kini mempunayi masalah besar, ada orang Aceh di Departemen dalam Negeri, Ramli Ridwan, mantan bupati Aceh Utara yang saat itu menjadi Kepala Biro Umum di departemen yang dipimpinnya.
Ramli tidak memenuhi kualifikasi untuk menjadi pejabat Gubernur.
Ketika Soeryadi meyampaikan kepada Gus Dur, sang presiden tetap ngotot, “cari jalan pak Soeryadi!, saya mau orang Aceh, ya Ramli itu.”
Soeryadi menimpali Gus Dur, “Ya Gus. Saya akan cari caranya Gus, saya juga orang Aceh Gus”, timpal Soeryadi.