Rohingya

Kisah Hilangnya Kapal Rohingya Bermuatan 200 Orang di Laut Andaman: Jeritan Tangis Minta Tolong

Penulis: Agus Ramadhan
Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Boat diduga berisi warga etnis Rohingya di kawasan Pantai Kuala Pawon, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, Kamis (16/11/2023) pagi. Sementara itu warga setempat sudah berkumpul di pinggir pantai tersebut untuk menolak kedatangan mereka

Ketakutan mereka bukannya tidak berdasar. Ketika kapal Jubair semakin dekat, antara 20 dan 30 orang mulai bersiap untuk melakukan lompatan.

Kapten kapal Jubair berteriak kepada orang-orang di kapal yang mengalami kesulitan itu agar tetap diam. 

Baca juga: Nur Islam Pengungsi Rohingya Sudah 23 Tahun Tinggal di Indonesia, Kini Ajukan Pembuatan KTP dan KK

Pengungsi Rohingya yang baru tiba berkumpul dan beristirahat di sebuah pantai di Laweueng, Kabupaten Pidie di provinsi Aceh, Indonesia pada 10 Desember 2023. Lebih dari 300 pengungsi Rohingya, sebagian besar perempuan dan anak-anak, terdampar di pantai barat Indonesia pada 10 Desember. pemerintah setempat membiarkan mereka dalam ketidakpastian tanpa adanya kepastian mengenai tempat berlindung. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Kemudian dia meminta tali agar bisa mengikat kedua kapal itu menjadi satu. Kapten memberitahu penumpang kapal lain bahwa dia akan menarik kapal mereka di belakang kapalnya, dan mereka akan mencari daratan bersama.

Kapten mereka juga mengeluarkan peringatan: “Jika Anda mencoba melompat ke kapal kami, kami tidak akan membantu Anda.”

Kedua kapal itu mulai bergerak dan kemudian, dua atau tiga malam kemudian, badai menerjang mereka. 

Gulungan ombak menghantam kapal hingga merusak mesin kapal yang ditumpangi Jubair.

Kini, dalam kegelapan, kedua kapal terkatung-katung tak berdaya.

Saat itulah tali antara kedua kapal tersebut putus. 

Di tengah deru angin dan ombak yang bergolak, Jubair dapat mendengar para penumpang di kapal lain memohon agar mereka tetap hidup.

“Mereka menangis dan berteriak keras, 'Tali kami putus! Tali kita putus! Tolong bantu kami!' Tapi apa yang bisa kami bantu?” kata Jubair. 

“Kami akan mati bersama mereka,” sambungnya.

Kapal lainnya hanyut semakin jauh, kata para penumpang, hingga menghilang dari pandangan.

Di kapal Jubair, orang-orang mulai meratap.

“Mereka juga beragama Islam. Mereka juga bagian dari komunitas kami,” kata Rujinah, orang yang berada di kapal Jubir.

“Itulah sebabnya rakyat kami juga menangisi mereka,” katanya lagi.

Halaman
1234

Berita Terkini