Selain itu, orang tua lepas tangan karena menganggap lembaga pendidikan bertanggung jawab penuh terdapat perubahan perilaku anaknya, sehingga fokus pada kebutuhan fisik dan antar jemput tanpa mau tahu perkembangan dan kebutuhan psikisnya.
Sementara itu, masyarakat atau lingkungan selama ini hanya berperan sebagai hakim tunggal di lingkungan masing-masing dengan mengutamakan hukum sosial terhadap perilaku menyimpang remaja. Hal ini didalihkan untuk memberikan pembelajaran melalui efek jera.
Situasi seperti ini tidak ada yang perlu disalahkan atau dibenarkan, bersinergi tripusat pendidikan adalah solusi untuk menyelamatkan generasi Aceh di masa mendatang. Hanya saja penekanan yang ingin disampaikan dalam reportase ini berpusat pada orang tua remaja untuk lebih intensif memantau anaknya masing-masing, terutama setelah selesai jam pendidikan umum maupun pendidikan agama.
Belajar dari temuan-temuan pegerakan kelompok remaja yang tergabung dalam geng-geng tertentu beraksi pada malam hari dan pada lokasi-lokasi yang sepi lalu lalang kendaraan terutama pada jam malam.
Orang tua memiliki peran yang sangat urgen dan perlu mengambil tindakan secapat mungkin untuk mengevaluasi pergaulan dan memantau lingkungan bermain anak remajanya selama ini. Selain itu, pembatasan penggunaan kendaraan bermotor pada malam hari untuk tujuan yang tidak jelas juga perlu menjadi pusat perhatian orang tua. Kelompok geng ini tidak hanya terbentuk melalui kontak fisik, melalui media online mereka mencari anggota-anggota baru untuk merencakan aksi-aksi yang merugikan.
Secara keseluruhan orang tua perlu mengevaluasi dan memantau aktivitas anak-anak remajanya masing-masing. Lembaga pendidikan tidak bisa berbuat banyak untuk mencegah pergerakan remaja di luar proses pembelajaran, sementara kepolisian hanya bertindak setelah mendapatkan laporan dan terindikasi pelanggaran atau gangguan keamanan.
Belum terlambat untuk menyelamatkan generasi remaja Aceh saat ini, selama tripusat pendidikan bekerja sama dengan baik dan saling peduli, baik dalam bentuk kerja sama maupun melalui peran masing-masing untuk tujuan yang sama. Remaja saat ini adalah wajah bangsa Aceh 10-20 tahun mendatang. Ke depan, orang tidak lagi melihat julukan Serambi Makkah atau Negeri Syariat, justru perilaku remaja saat ini yang akan menentukan slogan apa yang layak dititahkan untuk Aceh nantinya.
Semoga perjuangan indatu kita selama puluhan tahun tidak sia-sia hanya karena pengaruh luar dan meninggalkan budaya baik yang telah diwariskan oleh indatu kita untuk saling peduli dan menasihati satu sama lain, ibarat tubuh yang satu. Wallahu’alam.