Kupi Beungoh
Jalan Terjal Gubernur Aceh 2024-2029: Aceh, Surya Paloh, dan Tahun Tahun Yang Hilang: Bagian - XXIII
Jumlah anggaran setiap tahunnnya selama paling kurang lima tahun berturut mencapai rekor propinsi penerima APBN terbesar nomor satu di luar Pulau Jawa
Ahmad Humam Hamid *)
Keberhasilan pembangunan daerah, tak peduli banyak atau sedikitnya sumber daya alam, sebagai kekayaan primer daerah tak selalu berhubungan dengan kemajuan daerah.
Sebaliknya memiliki elit pusat yang peduli dengan daerahnya, hampir dapat dipastikan akan membuat daerah itu berbeda nyata dengan berbagai propinsi yang tak punya “the guardian”-penjaga, sekalipun propinsi itu tak punya sumber daya yang memadai.
Ingat saja ketika Ibrahim Hasan mendapat mandat sebagai gubernur Aceh pada era sembilanpuluhan, begitu banyak uang dan investasi yang dilakukan oleh negara di propinsi Aceh.
Jumlah anggaran setiap tahunnnya selama paling kurang lima tahun berturut mencapai rekor propinsi penerima APBN terbesar nomor satu di luar Pulau Jawa.
Uang itu sampai hari ini masih terlihat bekasnya, mulai dări jalam raya pantai Barat Selatan, konstruksi sejumlah irigasi raksasa, seperti Krung Arakundo, Krueng Peusangan, Krueng Pase, Look Guci, dan puluhan irigasi sakala menengah.
Ibrahim juga sempat merenovasi Mesjid Raya Baiturrahman, mebangun pengedali Banjir Krueng Aceh, dan masih cukup banyak lagi berbagai pembangunan sektor fisik dań non fisik lain yang menyerap anggaran negara yang begitu besar.
Tidak dapat dibantah ada orang besar, orang kuat, ataupun orang yang berpengaruh terhadap keputusan negara untuk melakukan sesuatu.
Apalagi jika hal itu menyangkut dengan alokasi anggaran, dan bahkan berbegai kebijakan lain yang kadang lebih hebat dan penting dari investasi anggaran. Dan kasus Aceh pada masa menjadi cermin untuk kembali diulangi dalam bentuk lain kali ini.
Disebalik kehebatan dan kemampuan Ibrahim Hasan membawa uang negara untuk pembangunan di Aceh pada tahun 90an, ada nama lain yang juga cukup berperan utnuk kejadian itu.
Publik Aceh lebih dari 30 tahun yang lalu tentu ingat dengan nama Bustanil Arifin yang menjadi Kabulog nyaris menyamai masa berkuasanya Presdien Suharto.
Bustanil adalah salah satu anggota lingkaran inti, dan bahkan ia pula yang membawa dan mempromosikan Ibrahim Hasan dekat dengan pak Harto.
Adalah kemampuan Ibrahim membangun yang membuat semua kucuran anggaran pembangunan habis terserap setiap tahun.
Disamping itu, adalah kemampuan Bustanil yang tak penah lupa sedikitpun mengikuti pekerjaan Ibrahim, dan setiap saat membisikkan kepada pak Harto betapa uang itu telah digunakan dengan sebaik-baiknya.
Bustanil tidak hanya sebatas melakukan loby penting pembangunan Aceh, tetapi ia mempengaruhi, meyakinkan, dan menjaga momentum perhatian pak Harto kepada Aceh ke seluruh angogta kabinet.
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.