Kupi Beungoh

Jalan Terjal Gubernur Aceh 2024-2029: Aceh, Surya Paloh, dan Tahun Tahun Yang Hilang: Bagian - XXIII

Jumlah anggaran setiap tahunnnya selama paling kurang lima tahun berturut mencapai rekor propinsi penerima APBN terbesar nomor satu di luar Pulau Jawa

Editor: Firdha Ustin
SERAMBINEWS.COM/HANDOVER
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Akibatnya,nyaris apapun yang diminta oleh Aceh selalu dikabulkan, dengan perhatian dan anggaran yang begitu besar.

Kedekatan Bustanil dengan Suharto, dengan gubenur Ibrahim yang piawai telah membuat pembangunan Aceh pada masa itu mengalami loncatan yang membuat daerah-daerah tercengang dan bukan tidak mungkin iri. Sejarah itu kini mesti diulangi kembali.

Surya Paloh bukanlah Bustanil Arifin. Ia adalah manusia Aceh yang dalam era reformasi telah menjadi salah satu “big player” dalam perpolitikan nasional. Ia mempunyai keunikan tersendiri. Ia adalah anak zaman yang tumbuh dan besar dengan segala tantangan pada zamannya.

Hampir tidak ada berbagai kontestasi politik nasional era reformasi yang luput dari keterlibatan Surya Paloh, dan seringkali sebagai salah satu dari sedikit pemain inti. Masa pemerintahan Jokowi selama 10 tahun, -paling kurang 8 tahun tidak dapat dibantah, mempunyai irisan nyata dengan Surya Paloh.

Dalam masa 8 tahun itu pula Aceh, tepatnya, elit Aceh yang bertanggung jawab untuk kemajuan dan pembangunan Aceh sama sekali abai atau mungkin tak mampu melihat potensi yang dimiliki oleh Surya Paloh.

Kita tak pernah mendengar ada ajakan, ataupun permintaan khusus elit Aceh kepada Surya Paloh untuk memberikan perhatian pada masalah-masalah, terutama yang menyangkut “kebekuan” antara Aceh dan Jakarta.

Kita tidak pernah mengengar permintaan Aceh kepada Paloh untuk berbuat banyak atau sedikit kepada kepada kepada daerah ini.

Tepatnya, Aceh mengalami masa panjang tahun tahun yang “hilang” yang seharusnya tak perlu terjadi jika saja elitnya mampu membaca peta kekuasaan nasional dengan baik.

Jika tak ada aral melintang pada akhir tahun ini Prabowo akan dilantik menjadi presiden. Publik nasional sudah memastikan dalam format politik baru pasca pelantikan presiden itu, Surya Paloh dan Nasdem diperkirakan akan diajak bergabung kedalam koalisi pemerintahan.

Jika saja Gubernur Aceh yang terpilih nanti mempunyai kedekatan dengan Surya Paloh dan mempunyai “kimia” yang bisa berinteraksi dengannya, tentu banyak hal yang dapat dikerjakan. Terlepas dari Nasdem sebagai pemenang teratas dari semua partai nasional di Aceh pada Pileg 2024 kemaren - PA pemenang nomor satu, Paloh, tetaplah sosok yang siap setiap saat untuk membantu Aceh.

Aceh masih cukup banyak punya masalah, keuangan, pembangunan, dan berbagai aspek legalitas yang lumayan
Untuk mengatasi semua hal itu, komunikasi Aceh dengan pemerintah pusat harus sangat lancar.

Itu semua tak mungkin jika gubernur Aceh terpilih tidak punya jaringan, dan tak mampu membuat jaringan dengan pusat kekuasaan dan lingkaran kekuasaan di Jakarta.

Tidak cukup dengan jaringan yang dimiliki, tak salah jika Aceh harus mempunyai paling seseorang yang berstatus “ duke” -bangsawan papan atas, dalam peta kekuasaan nasional yang akan menjadi andalan Aceh dalam berhubungan dengan pemerintah pusat. Dalam konteks realitas politik hari ini, status itu ada pada Surya Paloh.

Aceh dalam hal ini gubernur Aceh, dan elit daerah lainnya , harus mampu melihat realitas ini, dan memanfaatkannya dengan baik untuk kepentingan pembangunan daerah, sebagai bagian penting dari pembangunan nasional. Aceh tidak boleh lagi mengalami tahun-tahun yang hilang.

*) PENULIS adalah Sosiolog dan Guru Besar USK

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved