“Kebetulan Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti orang Golkar, saya sudah tanya ke Kemendag, dan ini hanya masalah klasik,” kata Khalid melalui telepon dari Jakarta, Selasa (5/11/2024).
Laporan Masrizal | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Anggota DPRA dari Fraksi Golkar, Khalid mengaku terkejut mendengar informasi adanya penolakan impor emping melinjo (kerupuk mulieng) asal Pidie oleh Negara Singapura.
Khalid yang sedang berada di Jakarta bersama anggota DPRA lain langsung berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag), menanyakan penyebab penolakan oleh otoritas Singapura.
“Kebetulan Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti orang Golkar, saya sudah tanya ke Kemendag, dan ini hanya masalah klasik,” kata Khalid melalui telepon dari Jakarta, Selasa (5/11/2024).
Dari informasi yang diperoleh Khalid menyebutkan bahwa dalam proses pengiriman emping melinjo tidak ditemukan sertifikat karantina maupun pelabuhan ekspor, sehingga ditolak oleh otoritas Singapura.
“Saya selaku anggota dewan sangat menyayangkan peristiwa ini karena peluang mendulang rupiah dari ekspor terhambat karena kendala teknis,” imbuh Khalid.
Persoalan ini pun mendapat atensi khusus dari Pj Gubernur Aceh, Safrizal ZA.
Dia meminta langsung Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Aceh segera mencarikan solusi.
Baca juga: Tak Ada Izin Badan Karantina, Singapura Tolak Emping Melinjo
“Saya memberi apresiasi kepada Pj Gubernur Aceh yang sigap dan serius mengurusi masalah ini. Kita berharap persoalan ini segera ada jalan keluar, sehingga tidak berdampak negatif bagi Aceh,” imbuhnya.
Khalid meminta supplier dan petani melinjo, khususnya di Pidie dan Pidie Jaya (Pijay), untuk tetap menjaga kualitas barang.
Sebab, emping melinjo Aceh tidak hanya digemari warga lokal dan nasional, tapi sudah mendunia.
Di samping itu, anggota DPRA dari daerah pemilihan (dapil) Pidie dan Pijay ini juga meminta Pemerintah Aceh menginventarisir semua produk lokal yang bernilai ekspor dan negara tujuannya.
Selain emping melinjo, Aceh memiliki banyak produk unggulan yang berpotensi diekspor.
Sebut saja seperti minyak nilam, pala, cengkeh, coklat, dan sebagainya.