Kupi Beungoh

Kolaborasi Lintas Profesi: Sebaiknya Dimulai dari Bangku Kuliah

Pelayanan kesehatan dewasa ini semakin menuntut pendekatan yang komprehensif, terintegrasi, dan kolaboratif.

Editor: Firdha Ustin
FOR SERAMBINEWS.COM
Ns. Farhan Saputra, S.Kep, Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Syiah Kuala. 

Oleh: Ns Farhan Saputra, SKep *)

Pelayanan kesehatan dewasa ini semakin menuntut pendekatan yang komprehensif, terintegrasi, dan kolaboratif.

Di tengah tantangan sistem kesehatan yang kompleks, kerja sama lintas profesi bukan lagi sekadar nilai tambah, melainkan kebutuhan mendasar.

Namun, kolaborasi semacam itu tidak akan hadir begitu saja saat para tenaga kesehatan mulai bekerja. Budaya kolaborasi harus dipupuk sejak dini, yakni sejak di bangku kuliah.

Pendidikan interprofesional (interprofessional education/IPE) menjadi strategi yang terbukti efektif dalam mempersiapkan mahasiswa dari berbagai latar belakang profesi untuk bekerja sama secara sinergis.

IPE memberi ruang bagi mahasiswa untuk saling mengenal, memahami peran masing-masing, dan belajar berkomunikasi secara efektif dalam tim lintas disiplin. Namun, penerapan pendekatan ini masih menghadapi berbagai tantangan.

Penelitian di Fakultas Keperawatan dan Kedokteran Universitas Syiah Kuala menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa terhadap konsep IPE cukup baik.

Sayangnya, dalam praktik, implementasinya belum merata dan masih terbatas pada aspek teoritis (Futri et al., 2023). Hal ini mencerminkan kesenjangan antara pemahaman dan praktik nyata yang perlu segera dijembatani.

Pengalaman di lapangan mengonfirmasi hal serupa. Dalam berbagai kegiatan praktik klinik, masih terlihat adanya sekat-sekat yang menghambat kerja sama antarprofesi.

Miskomunikasi, kurangnya pemahaman terhadap peran masing-masing, hingga ego sektoral menjadi kendala yang kerap muncul dalam proses pengambilan keputusan bersama (Anisah et al., 2023).

Padahal, koordinasi yang efektif antar tenaga kesehatan sangat menentukan keselamatan pasien.

Dalam konteks ini, kampus memegang peran strategis. Lebih dari sekadar penyelenggara pendidikan formal, tetapi kampus berperan menfasilitasi ruang perjumpaan antardisiplin, tempat nilai-nilai kolaboratif ditanam dan dikembangkan.

Program-program pembelajaran yang menggabungkan mahasiswa keperawatan, kedokteran, farmasi dan kesehatan masyarakat perlu diperkuat.

Studi kasus interprofesional, simulasi praktik bersama, hingga proyek-proyek pengabdian masyarakat yang dirancang lintas program studi, menjadi langkah nyata dalam membentuk budaya kolaboratif sejak dini.

Organisasi kemahasiswaan juga dapat mengambil peran sebagai jembatan penghubung antarprofesi.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved