SERAMBINEWS.COM - Mi instan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari banyak orang Indonesia.
Rasanya yang gurih, aroma bumbu yang khas, serta cara penyajian yang cepat dan praktis menjadikan mi instan sebagai pilihan favorit di segala suasana, baik saat lapar tengah malam, hujan deras, atau ketika isi dapur sedang minim.
Namun, bagi sebagian orang, satu porsi mi instan saja belum cukup.
Tak jarang, mi instan dinikmati bersama nasi agar terasa lebih mengenyangkan.
Kombinasi ini memang populer dan dianggap "lengkap" oleh sebagian masyarakat, bahkan menjadi kebiasaan yang dilakukan sejak kecil.
Fenomena ini juga ramai dibicarakan di media sosial.
Salah seorang warganet lewat akun @ta******rl bahkan sempat membagikan pengalamannya yang memiliki kebiasaan makan mi instan dengan nasi.
"Kalian kalo makan miindo pake nasi ga? aku harus pake karna biasa pake jadi kalo ga tuh kaya ada yang kurang. efek sampingnya apa ya kalo makan mi pake nasi?", tulis akun tersebut, Jumat (9/5/2025), dikutip dari Kompas.com.
Secara nutrisi, mi instan dan nasi merupakan sumber karbohidrat.
Baca juga: Mana Lebih Berisiko Bagi Kesehatan, Mi Instan atau Bumbunya? Ini Saran Ahli Gizi dan Cara Memasaknya
Banyak pula yang menyebutkan bahwa mengonsumsi keduanya akan menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi tubuh.
Lantas, sebenarnya boleh atau tidak makan mi instan dicampur nasi?
Penjelasan dokter gizi
Dilansir dari Kompas.com, Jumat (15/5/2025), Dokter Gizi Klinik yang berpraktik di RSIA Al Islam, dr. Dimas Erlangga Luftimas, Sp.GK, M.Kes mengatakan bahwa makan mi instan bersamaan dengan nasi tidak baik jika menjadi kebiasaan.
"Kalau ditanya boleh atau tidak, jawabannya sih boleh-boleh saja. Tapi kalau ditanya baik atau tidak, jawabannya tidak, apalagi kalau menjadi kebiasaan," ujar Dimas, Rabu (14/5/2025).
Hal itu disebabkan konsumsi nasi bersama dengan mi merupakan kombinasi yang tinggi karbohidrat.
Karbohidrat simpel yang ada pada mi cenderung mudah untuk dicerna sehingga dapat meningkatkan kadar gula darah.
Efek samping yang ditimbulkan jika makan mi dengan nasi
Dimas menjelaskan bahwa nasi dan mi sama-sama mengandung karbohidrat sebagai kandungan utamanya yang menjadi sumber energi utama bagi manusia.
Jika dikonsumsi berlebihan akan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak dan gula di tubuh yang menyebabkan terjadinya obesitas dan diabetes melitus.
Kebiasaan konsumsi nasi dengan lauk mi juga menyebabkan peningkatan gula darah yang jika terjadi dalam waktu yang lama (kronis) akan menyebabkan resistensi insulin dan berujung pada Diabetes Melitus.
Diabetes Melitus sendiri merupakan induk dari segala macam penyakit seperti stroke, hipertensi, serta luka yang sulit disembuhkan.
Penyakit ini juga dapat berujung pada kematian.
Baca juga: Bolehkah Makan Mi Instan Saat Sahur? Begini Kata Dokter dan Dampaknya
"Ubah kebiasaan makan nasi bersama dengan mi," jelas Dimas.
"Makanlah dengan gizi seimbang dan komposisi yang lengkap, tidak terlalu banyak karbohidrat serta memperhatikan asupan protein," lanjutnya.
Antara mi instan dan bumbunya, mana yang lebih tidak sehat?
Selain soal cara mengonsuminya yang sering dicampur dengan nasi, hal lain yang juga sering ditanyakan oleh penggemar mi instan ialah soal komponen bumbunya.
Di balik bungkus mi instan, umumnya terdapat mi sebagai komponen utama dan plastik kecil berisi bumbu yang menentukan aroma dan rasanya.
Pertanyaan mana yang lebih tidak sehat antara kedua komponen itu juga sering bermunculan.
Tujuaannya ialah agar dapat menghindari risiko buruk saat mengonsumsi mi instan.
Melansir Kompas.com, Jumat (5/1/2024), dokter gizi komunitas dari Dr Tan & Remanlay Institute Banten, Tan Shot Yen mengatakan, mi maupun bumbu dari mi instan sama-sama tidak sehat.
Hal itu karena bumbu mi instan umumnya tinggi garam dan penguat rasa Monosodium glutamate alias MSG.
Komposisi MSG terdiri atas natrium dan klorida, dengan mineral natrium berperan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Menurut Tan, tubuh manusia membutuhkan natrium untuk keseimbangan eletrolit yang digunakan sebagai penunjang kerja otot dan syaraf.
"Kecukupan garam mampu menahan air dalam tubuh. Bekerja sama dengan kalium menjaga tekanan darah, kesehatan jantung, dan ginjal," kata Tan, Kamis (4/1/2024).
Namun, menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebagaimana dikutip dari laman resminya, terlalu banyak asupan natrium berakibat pada air yang lebih banyak pada pembuluh darah.
Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan volume cairan darah, yang berimbas pada peningkatan tekanan darah.
Kebutuhan asupan garam per hari bagi dewasa sehat sesuai anjuran dari Kementerian Kesehatan adalah 2000 miligram natrium atau setara dengan satu sendok teh garam per orang per hari.
Sementara itu, berdasarkan Angka Kecukupan Gizi Indonesia 2019, asupan natrium harian tergantung dari usia dan jenis kelamin.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Haruskah Air Rebusan Mi Instan Diganti 2 Kali Agar Lebih Sehat? Begini Kata Dokter
Khusus orang dewasa sehat, angka kecukupan natrium berkisar 1000-1500 miligram per orang per hari atau setara dengan setengah sampai tiga perempat sendok teh garam.
Di sisi lain, menurut Kementerian Kesehatan, MSG yang banyak terkandung dalam bumbu mi instan terdiri dari tiga zat, yaitu asam glutamat (78 persen), natrium (12 persen), dan air (10 persen).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan asupan harian MSG yang dapat diterima oleh tubuh manusia adalah 0-120 miligram per kilogram berat badan.
Meski tergolong aman dikonsumsi, asupan MSG per hari tetap harus dibatasi untuk menghindari potensi efek yang merugikan.
Lebih lanjut dr Tan mengatakan, komponen mi dari mi instan merupakan produk rafinasi yang berasal dari terigu atau tepung gandum.
Menurutnya produk rafinasi atau makanan yang mengandung karbohidrat rafinasi bukanlah bahan pangan utuh lagi.
Jenis karbohidrat ini berbeda dengan beras pecah kulit, beras merah, beras coklat, atau beras hitam, yang mana kulit arinya masih utuh, sehingga lebih lama dicerna menjadi gula.
Meski tak dapat dikatakan berbahaya, menurutnya, produk rafinasi tidak dibutuhkan oleh tubuh, bahkan dapat membuat gula darah naik dan turun secara cepat.
"Cepat membuat gula darah (seperti) yoyo. Sebab rafinasi mudah diserap jadi gula darah, dan anjlok lagi," jelas Tan.
Cara menyulap mi instan jadi lebih sehat
Terpisah, dosen dan ahli gizi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Toto Sudargo mengungkapkan, hanya makan mi instan setiap hari tentu tidak sehat.
Kondisi tersebut sama seperti hanya mengonsumsi nasi setiap hari.
Sebab pemicu ketidaksehatan adalah makan mi instan yang merupakan karbohidrat tanpa tambahan lauk-pauk apa pun.
Hal ini akan membuat tubuh sekadar memiliki karbohidrat untuk menghasilkan energi, tetapi tidak dilengkapi sumber zat pembangun dan pengatur.
Zat pembangun adalah protein, berupa lauk hewani dan nabati.
Sementara zat pengatur, terdiri dari buah dan sayur. Untuk membangun tubuh yang sehat, bugar, dan ideal, perlu asupan gizi seimbang antara zat-zat tersebut.
Oleh karena itu, Toto mengatakan, mi instan, terlepas dari komponen mi atau bumbunya, perlu dibuat menjadi menu bergizi lengkap.
"Jika mau yang sehat, maka dibuat menu lengkap. Misalnya, mi ditambah telur, daging, atau ikan, ditambah sayur, dan lauk nabati," kata Toto, Kamis (4/1/2024), dikutip dari Kompas.com.
Baca juga: Batasan Konsumsi Mi Instan: Maksimal 2 Bungkus per Pekan Menurut Ahli Gizi
Berapa banyak boleh konsumsi mi instan?
Terkait berapa banyak yang dibolehkan untuk mengonsumsi mi instan juga sudah pernah dibahas oleh dr Tan Shot Yen jauh hari sebelumnya.
Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat ini menjelaskan, bahwa mie instan adalah salah satu produk ultra proses yang dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan apabila dikonsumsi tanpa literasi gizi.
Produk ultra proses seperti mie instan dianggap sebagai penyokong pertumbuhan ekonomi dan industri karena praktis dan mudah didapat.
Namun, produk ultra proses justru bisa menyebabkan timbulnya beberapa masalah kesehatan seperti pencetus obesitas hingga gangguan gizi terutama pada tumbuh kembang anak.
"Istilah bahaya itu relatif. Gak ada orang makan mie instan lalu kejang-kejang atau langsung sakit. Nah, urusannya beda jika disebut berbahaya bila jadi kecanduan, terlalu sering, dan terlalu banyak. Karena itu, biasakan baca label dan pahami kebutuhan tubuh," kata Tan yang pernah dihubungi Kompas.com pada Selasa 15 Juni 2021 lalu.
Tidak ada takaran pasti seberapa banyak mie instan yang bisa dikonsumsi oleh satu orang pada jangka waktu tertentu.
Tan menuturkan bahwa sedikit banyaknya jumlah mie instan yang bisa dikonsumsi tergantung pada derajat sensitivitas dan kecanduan seseorang.
"Celakanya, orang tidak tahu saat masalah itu datang karena kerap tidak bergejala seperti hipertensi hingga gangguan gizi. Sebab, mie instannya itu tidak mencukupi kebutuhan gizi harian," ujar Tan.
(Serambinews.com/Yeni Hardika)
BACA BERITA LAINNYA DI SINI