Meskipun awalnya korban tidak mau mengaku menjadi korban pemukulan, seorang temannya berinisial RO memberitahu bahwa RB telah memukulinya.
Ibu korban berupaya mencari solusi melalui wali kelasnya, mengingat kondisi anaknya yang terlihat membungkuk akibat kesakitan.
Korban juga mengaku sering dirundung karena perbedaan agama, yang membuat ayahnya marah.
Febri, sebagai wali kelas, mengaku tidak mengetahui kejadian pemukulan tersebut, namun ia melaporkan informasi itu kepada kepala sekolah.
Pada Jumat (23/5/2025), kepala sekolah Sutarno memanggil para pelaku untuk melakukan mediasi dan perdamaian.
Dalam mediasi tersebut, orangtua korban juga hadir dan mencapai kesepakatan damai, meskipun kondisi korban masih dalam keadaan membungkuk akibat sakit.
Namun, pada Senin (26/5/2025), sekitar pukul 02.30 WIB, wali kelas Eka Juliarti dihubungi oleh orangtua korban yang meminta untuk melayat karena korban telah meninggal dunia.
Tak terima dengan kematian anaknya yang diduga akibat dipukuli, orangtua korban melaporkan kejadian ini ke Polsek Seberida agar para pelaku diproses hukum.
Kapolres Inhu mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan medis sementara, ditemukan beberapa tanda kekerasan di tubuh korban.
Lima orang terduga pelaku yang terlibat dalam kasus ini masing-masing berinisial HM (12), RK (13), MJ (11), DR (11), dan NN (13).
Kasus ini kini masih dalam penyelidikan lebih lanjut oleh pihak kepolisian.
Baca juga: Kronologi Bripda A Dianiaya 6 Senior di Barak Polres Baubau, Organ Dalam Bocor, Dirujuk ke Makassar
Pengakuan Ayah Korban
Ayah korban, Gimson Butar-butar mengungkapkan kejadian perundungan tersebut terjadi pada Senin (19/5/2025).
"Kejadian itu hari Senin, tapi saya baru tahunya hari Selasa," ujar Gimson.