Opini

Pentingnya Konseling Islam Untuk Ketahanan Pendidikan di Aceh

Di sisi lain, realitas menunjukkan bahwa Aceh masih bergulat dengan berbagai tantangan, mulai dari

Editor: Ansari Hasyim
IST
Prof. Dr. Apridar, S.E., M. Si, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala dan Ketua Dewan Pakar Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil Aceh. 

Beberapa konsep kunci dapat dielaborasi dalam model hybrid ini. 

Syukur dalam Islam, yang merupakan perintah utama, berpadanan sempurna dengan konsep gratitude dalam psikologi positif yang terbukti empiris meningkatkan kebahagiaan dan mengurangi depresi. 

Sabar dan tawakkal, yang sering disalahartikan sebagai pasivitas, dalam integrasi ini justru menjadi fondasi resiliensi (ketahanan diri) kemampuan untuk bangkit dari kesulitan dengan hati yang tenang dan usaha yang maksimal. 

Sementara konsep ihsan berbuat baik seolah-olah melihat Allah dapat menjadi jalan mencapai flow atau engagement, keadaan dimana seseorang sepenuhnya terserap dan menikmati proses belajar atau bekerja yang dilakukannya.

Untuk dunia pendidikan Aceh, integrasi ini bukanlah wacana semata. Sejumlah fakta di lapangan menunjukkan benih-benihnya dapat tumbuh. 

Program Bimbingan dan Konseling (BK) Islami telah diimplementasikan di banyak madrasah dan pesantren modern. Riset dari UIN Ar-Raniry (2020-2022) membuktikan bahwa intervensi konseling berbasis syukur dan sabar secara signifikan meningkatkan psychological well-being siswa. 

Gerakan pendidikan karakter yang diusung Dinas Pendidikan Aceh juga sejalan dengan semangat strength-based education ala psikologi positif.

Namun, untuk mewujudkannya secara sistematis dan masif, diperlukan langkah-langkah strategis. 

Pertama, pengembangan kurikulum BK integratif. Kurikulum ini harus memadukan nilai-nilai Islam seperti syukur, sabar, tawakkal, dan ukhuwah ke dalam modul-modul pelatihan ketahanan diri, pengelolaan emosi, dan pengembangan kekuatan karakter yang terukur. Kedua, pelatihan intensif bagi guru-guru BK dan konselor. 

Para punggawa pendidikan harus dibekali dengan pemahaman mendalam tentang psikologi positif dan kemampuan untuk menerapkan teknik-tekniknya within an Islamic framework. 

Seorang konselor harus mampu membantu siswa mengidentifikasi signature strengths (kekuatan karakter unggul)nya dan mengaitkannya dengan konsep Islam seperti menemukan misi Khalifah di muka bumi.

Ketiga, mendorong riset terapan yang lebih banyak. 

Perlunya pengembangan dan validasi model "Counseling Islam–Positive Psychology Hybrid" yang spesifik untuk konteks sosial-budaya Aceh, dengan mempertimbangkan kearifan lokal dan tantangan yang spesifik. 

Keempat, memperluas pendekatan ke ranah komunitas. Ketahanan siswa tidak hanya dibangun di sekolah. Peran dayah, masjid, dan yang terpenting, keluarga, harus dioptimalkan. 

Program parenting bagi orang tua dapat mengajarkan bagaimana membangun resiliensi anak dengan pendekatan Islami yang positif, menciptakan ekosistem yang supportive dan konsisten.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved