Berita Banda Aceh
Kasus HIV di Aceh Meningkat, YADUA Ingatkan Pentingnya Skrining Darah Bagi Pasien Talasemia
Ratusan pasien talasemia di Aceh bergantung pada transfusi darah di rumah sakit setiap bulan, sehingga mereka sangat rentan apabila darah
Ratusan pasien talasemia di Aceh bergantung pada transfusi darah di rumah sakit setiap bulan, sehingga mereka sangat rentan apabila darah yang diterima tidak aman, termasuk penularan HIV.
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dalam rangka memperingati Hari Palang Merah Indonesia ke-80, Yayasan Darah Untuk Aceh (YADUA) menyerukan kewaspadaan terhadap risiko HIV dan infeksi menular lainnya bagi pasien yang menerima transfusi darah rutin, khususnya penyandang talasemia.
Hari Palang Merah bukan hanya momentum untuk menghargai peran Palang Merah dalam menyelamatkan nyawa.
Tetapi juga kesempatan untuk menegaskan bahwa keamanan darah adalah hak setiap pasien dan tanggung jawab bersama.
Talasemia adalah penyakit genetik yang mengharuskan pasien menerima transfusi darah seumur hidup.
Ratusan pasien talasemia di Aceh bergantung pada transfusi darah di rumah sakit setiap bulan, sehingga mereka sangat rentan apabila darah yang diterima tidak aman, termasuk penularan HIV.
Peningkatan angka HIV di Aceh juga diperkuat dengan data terbaru yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan Aceh.
Baca juga: YADUA Kampanye Cegah Talasemia, Dorong Wajib Skrining Pranikah di Aceh
Menurut dr Iman Murahman, pejabat Dinkes Aceh, data kumulatif sejak 2004 hingga Juli 2025 menunjukkan 1.974 kasus HIV di Tanah Rencong.
Angka ini menjadi peringatan serius, karena kelompok yang menerima transfusi rutin berpotensi lebih rentan apabila sistem keamanan darah tidak diperkuat.
Fakta ini menegaskan bahwa penguatan kualitas donor dan skrining darah sangat mendesak untuk melindungi pasien talasemia maupun penerima transfusi lainnya.
Selain risiko transfusi, YADUA juga menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap meningkatnya kasus HIV di kalangan remaja di Aceh.
Data resmi Dinas Kesehatan Aceh mencatat, sebagaimana dilansir laman resmi Dinas Kesehatan Aceh. sejak awal 2025 telah ada sekitar 32 kasus baru HIV di usia 11–20 tahun, dan secara kumulatif dari 2004 hingga 2025 tercatat 132 kasus HIV dalam kelompok usia tersebut.
Fakta ini sangat mengkhawatirkan, sebab remaja adalah generasi penerus yang seharusnya dilindungi dari ancaman penyakit menular.
Baca juga: Peringati Hari Talasemia Sedunia, Istri Wagub Aceh Mukarramah Santuni Pasien Talasemia di RSUDZA
“Angka ini menunjukkan bahwa remaja kita sedang berada pada titik rentan yang sangat besar,” ujar Ketua YADUA.
“Kita tidak bisa lagi menunda edukasi dan aksi nyata, sebab setiap remaja yang terinfeksi adalah peringatan bahwa sistem kesehatan kita harus lebih tanggap, inklusif, dan responsif terhadap kebutuhan kelompok muda,” tambahnya.
Koperasi Desa Merah Putih Bisa Pinjam Rp 3 Miliar ke BSI |
![]() |
---|
QRIS Lintas Negara Segera Hadir di Pelabuhan Ulee Lheue |
![]() |
---|
Ratusan Pegawai RSUDZA Demo, Minta Manajemen Audit Tim Pembagian Remunerasi |
![]() |
---|
Disdik Aceh Laksanakan Survei Kepuasan Masyarakat, Termasuk Upaya Pencegahan Pungli |
![]() |
---|
Wagub Aceh dan Menko Zulhas Sepakati Jadikan Kopdes Ujung Tombak Ketahanan Pangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.