Berita Lhokseumawe

Kuliah Umum FISIP Unimal Gali Jejak Samudera Pasai Untuk Inspirasi Tata Kelola Indonesia Modern

Teuku Zulkarnaen mendorong peserta untuk meneladani nilai-nilai kepemimpinan Sultan Al Malik Assalih dan terus mendalami Samudera Pasai

Penulis: Jafaruddin | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/HO
KULIAH UMUM - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unimal, Jumat (31/10/2025) menggelar kuliah umum yang membahas semangat Samudera Pasai Tata Kelola dan Masa Depan Kearifan Lokal,” di kampu Bukit Indah Lhokseumawe 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Jafaruddin I Lhokseumawe

SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Malikussaleh, Jumat (31/10/2025) menggelar kuliah umum bertajuk “Reviving the Spirit of Samudera Pasai: Governance, Heritage, and the Future of Local Wisdom.”

Kegiatan yang mengundang narasumber dari Center for Information of Sumtra Pasai Heritage (CISAH) ini bertujuan menggali nilai-nilai kepemimpinan dan tata kelola pemerintahan dari kerajaan Islam pertama di Nusantara untuk dijadikan inspirasi dalam merancang kebijakan publik di era modern.

Dekan FISIP Universitas Malikussaleh, Teuku Zulkarnaen, SE, MM, PhD, mengapresiasi penyelenggaraan kuliah umum ini.

Teuku Zulkarnaen mendorong para peserta untuk meneladani nilai-nilai kepemimpinan Sultan Al Malik Assalih dan terus mendalami kajian tentang Samudera Pasai.

“Kami berterima kasih kepada teman-teman dari CISAH. Kolaborasi seperti ini diharapkan dapat terus berlanjut untuk memberi pemahaman yang berbasis pada bukti-bukti empiris, bukan hanya narasi legenda semata,” ujar Teuku Zulkarnaen.

Baca juga: Tim Tari USK Raih Medali Emas Best Choreography Performance di IMT GT Thailand

Narasumber utama, Sukarna Putra dari CISAH, dalam pemaparannya menekankan pentingnya bukti arkeologis sebagai sumber utama penulisan sejarah.

Ia menjadikan Batu Nisan Sultan Malik al-Saleh sebagai studi kasus untuk menganalisis legitimasi politik dan spiritual penguasa Muslim awal.

“Inskripsi pada nisan Sultan Malik al-Saleh yang menyebut beliau sebagai keturunan yang sangat mulia mencerminkan legitimasi yang berakar pada tradisi Islam internasional, bukan sekadar hasil lokalitas atau mitos,” tegas Sukarna Putra.

Pusat awal Islamisasi di Asia Tenggara

Lebih lanjut, Sukarna Putra menyoroti perlunya kehati-hatian dalam membaca narasi historis seperti Hikayat Raja-Raja Pasai.

Menurutnya, hikayat yang ditulis jauh setelah masa kejayaan kerajaan dan sarat dengan unsur alegori keagamaan, tidak dapat dijadikan sebagai sumber sejarah primer yang absolut.

Pendekatannya ini merepresentasikan pergeseran metodologis dalam studi sejarah: dari narasi mitologis menuju penelitian ilmiah berbasis bukti material.

Baca juga: PKM Unimal, Ciptakan Mesin Pengolahan Sampah GataTech

“Monumen seperti batu nisan adalah arsip sejarah yang autentik. Ia mengandung informasi tentang identitas, silsilah, dan orientasi keagamaan yang dapat diverifikasi.

 Ini sekaligus memperkuat posisi Samudera Pasai sebagai pusat awal Islamisasi di Asia Tenggara berdasarkan data empiris,” jelasnya.

Kuliah umum ini diharapkan tidak hanya menjadi wahana transfer ilmu, tetapi juga pemantik bagi lahirnya kebijakan publik di Aceh dan Indonesia yang tidak tercerabut dari akar sejarah, budaya, etika pelayanan, dan kearifan lokal warisan leluhur. 

Sebagaimana tagline yang diusung: “Dari Warisan Menuju Tata Kelola: Membangun Masa Depan dengan Kearifan Sejarah”.(*)

Baca juga: Ini Enam Nama Yang Mendapatkan Satyalancana Darma Bakti Malikussaleh Utama

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved