Dunia Kampus

UIN Ar-Raniry & DIPS USK Gelar FGD Bahas Memori Kolektif dalam Pendidikan Sejarah Kontroversial Aceh

FGD dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama FISIP, Dr. Reza Idria, M.A., yang mewakili Dekan. Pemaparan hasil

|
Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/FOR SERAMBINEWS
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP) UIN Ar-Raniry Banda Aceh bekerja sama dengan Program Doktor Pendidikan IPS Sekolah Pascasarjana Universitas Syiah Kuala mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Kajian Memori Kolektif dalam Pendidikan Sejarah Kontroversial di Aceh” pada Selasa, 4 November 2025. 
Ringkasan Berita:
  • Selama diskusi, para peserta berbagi pengalaman dalam mengajarkan sejarah lokal, terutama topik-topik yang bersifat kontroversial.
  • Banyak guru menilai pembelajaran sejarah semacam ini dapat mendorong siswa berpikir kritis dan lebih memahami konteks sosial Aceh, meskipun tiap sekolah memiliki tantangan dan karakteristik berbeda.

 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP) UIN Ar-Raniry Banda Aceh bekerja sama dengan Program Doktor Pendidikan IPS Sekolah Pascasarjana Universitas Syiah Kuala mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Kajian Memori Kolektif dalam Pendidikan Sejarah Kontroversial di Aceh” pada Selasa, 4 November 2025.

Kegiatan yang berlangsung di Ruang Lab FISIP UIN Ar-Raniry ini dihadiri 12 guru sejarah SMA dan MAN dari Banda Aceh dan Aceh Besar, dua dosen sejarah dari Fakultas Adab dan Humaniora, serta Prof. Dr. Husaini Ibrahim, arkeolog dan guru besar Pendidikan Sejarah Universitas Syiah Kuala.

FGD dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama FISIP, Dr. Reza Idria, M.A., yang mewakili Dekan. Pemaparan hasil penelitian dan pengantar diskusi disampaikan oleh Muhammad Thalal, Lc., M.Si., M.Ed., dengan moderator Mardani Malemi, M.A.P.

Selama diskusi, para peserta berbagi pengalaman dalam mengajarkan sejarah lokal, terutama topik-topik yang bersifat kontroversial. 

Banyak guru menilai pembelajaran sejarah semacam ini dapat mendorong siswa berpikir kritis dan lebih memahami konteks sosial Aceh, meskipun tiap sekolah memiliki tantangan dan karakteristik berbeda.

Para guru juga berharap pemerintah daerah dan akademisi dapat menyusun buku sejarah lokal Aceh yang komprehensif dan layak digunakan sebagai bahan ajar resmi. Diskusi berlangsung hingga pukul 11.30 WIB dan ditutup dengan harapan agar pertemuan serupa dapat dilakukan secara rutin untuk memperkuat kolaborasi antara guru dan perguruan tinggi di bidang pendidikan sejarah.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved