Berita Internasional

Gelombang Demo Pecah di Perancis Usai Presiden Macron Latik PM Baru, 300 Orang Ditangkap

Setelah pelantikannya, para pengunjuk rasa turun ke jalan, membakar barikade dan bentrok dengan polisi pada hari Rabu. Mereka menentang...

Editor: Nurul Hayati
Twitter
ILUSTRASI - Presiden Prancis Emmanuel Macron ditampar pria tak dikenal. Gelombang demo pecah di sejumlah kota di Perancis setelah Presiden Emmanuel Macron melantik Perdana Menteri (PM) yang baru serta melakukan pemotongan anggaran. 

Setelah pelantikannya, para pengunjuk rasa turun ke jalan, membakar barikade dan bentrok dengan polisi pada hari Rabu. Mereka menentang pemerintahan Macron, elite politik dan rencana pemotongan anggaran.

SERAMBINEWS.COM - Prancis sedang diguncang gelombang demonstrasi besar yang dikenal dengan nama “Bloquons tout” atau “Block Everything”, yang berlangsung sejak awal September 2025. Berikut rangkuman lengkapnya:

Latar Belakang Demo
Pemicu utama: Ketidakpuasan publik terhadap kebijakan penghematan dan pemangkasan anggaran oleh pemerintah, termasuk rencana menghapus dua hari libur nasional dan penghematan senilai €44 miliar.

Krisis politik: Perdana Menteri François Bayrou digulingkan lewat mosi tidak percaya, dan digantikan oleh Sébastien Lecornu.

Ketidakstabilan parlemen: Majelis Nasional terpecah antara kubu kiri dan kanan, membuat pemerintahan Macron sulit mengendalikan kebijakan.

Aksi Massa dan Bentrokan
Jumlah peserta: Lebih dari 200.000 orang ikut serta di seluruh negeri.

Tindakan demonstran:

Memblokir jalan raya dan rel trem
Membakar ban dan tempat sampah
Menutup fasilitas transportasi dan publik1
Bentrok dengan polisi: Aparat menembakkan gas air mata dan menangkap lebih dari 200 orang5.
Kota terdampak: Paris, Bordeaux, Toulouse, Marseille, Lyon, Montpellier, dan Nantes.

Respons Pemerintah
Pasukan keamanan: Sebanyak 80.000 personel dikerahkan, termasuk 6.000 di Paris.

Pernyataan Mendagri Bruno Retailleau: Menyebut aksi ini sebagai ancaman terhadap kebebasan bergerak dan stabilitas nasional.

Analisis Politik
Gerakan ini dibandingkan dengan protes “Rompi Kuning” tahun 2018.

Dimulai oleh kelompok sayap kanan, lalu diambil alih oleh sayap kiri dan kiri jauh.

Muncul sebagai ekspresi frustrasi terhadap sistem politik yang dianggap tidak lagi mewakili rakyat.

Demo ini bisa menjadi titik balik dalam politik Prancis, terutama jika serikat pekerja melanjutkan aksi mogok nasional yang dijadwalkan pada 18 September.

Baca juga: Negara Arab Kutuk Hamas dan Serukan Pelucutan Senjata, Perancis Terkejut

Gelombang protes meletus di Prancis setelah pelantikan Perdana Menteri baru, Sebastien Lecornu, pada hari Rabu (9/9/2025).

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved