Perlombaan Senjata Nuklir Kembali Dimulai, Amerika-Rusia-China Adu Kekuatan Nuklir, Siapa yang Kuat?

AS dikabarkan tengah bersiap memulai kembali uji coba senjata nuklir setelah hampir 33 tahun menghentikan aktivitas tersebut.

Editor: Amirullah
Istimewa
Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyebut rudal ini sebagai senjata hipersonik non-nuklir yang mampu menempuh jarak jauh dan berkecepatan Mach 10, sepuluh kali kecepatan suara. AS kini akan memulai kembali uji coba senjata nuklir mereka sebagai respons uji coba senjata nuklir yang dilakukan Rusia dan China. 

Departemen Energi, yang mengawasi persediaan nuklir AS, diharuskan memastikan negara tersebut selalu dapat melaksanakan uji coba nuklir bawah tanah dalam waktu 24 hingga 36 bulan sejak perintah presiden.

William Alberque, mantan kepala  pusat nonproliferasi nuklir NATO yang saat ini bekerja di lembaga nirlaba Forum Pasifik, mengatakan AS mungkin siap melakukan beberapa bentuk uji coba dalam waktu sekitar enam hingga sepuluh bulan, tetapi kemungkinan memerlukan waktu tiga tahun untuk mempersiapkan serangkaian uji coba.

Alberque mengatakan kepada NW kalau lebih dari satu tes kemungkinan akan menelan biaya ratusan juta dolar.

"Nilai ilmiah dalam pengujian baru dalam skala apa pun sangat kecil," ujarnya, seraya menambahkan bahwa hal itu kemungkinan besar akan menguntungkan Beijing di atas semua pihak.

Kristensen menambahkan bahwa pengujian untuk mengembangkan hulu ledak nuklir baru akan memakan waktu sekitar lima tahun.

Tiongkok adalah negara terakhir di antara negara-negara nuklir besar yang menghentikan uji coba nuklir penuh. Namun, uji coba terakhir Beijing di lokasi uji coba Lop Nur pada tahun 1996 menghadirkan persenjataan yang sangat berbeda dengan yang sedang dirakitnya saat ini, ujar Alberque.

AS dan Uni Soviet saat itu "menguji semua senjata yang mungkin," kata Alberque. Moskow belum melakukan uji coba hulu ledak nuklir secara penuh sejak runtuhnya Uni Soviet.

Berapa Banyak Senjata Nuklir yang Dimiliki AS?

Ada sembilan negara bersenjata nuklir. Di NATO, negara-negara tersebut meliputi AS, Inggris, dan Prancis. Rusia, Tiongkok, India, Pakistan, Israel, dan Korea Utara juga turut serta.

Secara keseluruhan, para ahli mengatakan ada sekitar 12.241 senjata nuklir di seluruh dunia, dengan sekitar 9.600 di antaranya diperkirakan masih beroperasi.

AS memiliki total 5.177 hulu ledak nuklir, termasuk yang masih menunggu pembongkaran dan belum secara resmi dianggap sebagai bagian dari cadangan.

Pemerintah AS menyatakan memiliki 3.748 hulu ledak dalam cadangannya per tahun 2023.

Trump mengklaim kalau AS memiliki lebih banyak senjata daripada negara lain.

Namun, Rusia diyakini memiliki lebih banyak lagi, dengan 5.459 hulu ledak.

Jika digabungkan, Moskow dan Washington mengendalikan sekitar 90 persen dari seluruh senjata nuklir global. Ini termasuk senjata nuklir strategis dan non-strategis, atau taktis.

Senjata nuklir taktis dirancang untuk digunakan di medan perang. Senjata ini memiliki daya ledak yang lebih kecil, dan dirancang untuk digunakan terhadap target yang berbeda dengan senjata nuklir strategis.

Sumber: Tribunnews
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved