Human Interest
Cerita Hariyanto, Si Preman yang Pilih jadi Penggali Kubur, Masa Kelam Hingga Ketulusan Hidup
Di antara rimbun pepohonan dan deretan nisan yang berjejer rapi, tampak seorang pria berkemeja lusuh sedang menyapu daun-daun kering di Tempat
“Kalau ada pekerjaan lain yang mengharuskan saya jauh dari makam setiap hari, saya malah enggak nyaman,” katanya sambil memandangi satu per satu batu nisan.
Baginya, makam bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir.
Di sini terdapat cerita, doa yang diam, dan cinta yang sudah berubah bentuk. Ia menghormati semuanya.
“Gaji bukan tujuan. Saya cari barokah. Bayarannya nanti… setelah saya mati.”
Hariyanto berhenti sebentar, menghela napas.
“InsyaAllah, sampai mati saya akan tetap di sini.”
Di tempat yang bagi banyak orang menjadi akhir, Hariyanto justru menemukan jalan pulangnya.(*)
Berita ini sudah tayang di kompas.com dengan judul Kisah Hariyanto, Preman yang Pilih Jalan Hidup Jadi Juru Kunci Makam di Surabaya
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Ukiran-doa-di-makam-Sultan-Maruf-Syah.jpg)