Pojok Humam Hamid
Keamanan vs Perdamaian: Marco Rubio, Netanyahu, Ayalon, dan Masa Depan Palestina
Menurut Ayalon, perdamaian dengan Palestina bukan sekadar pilihan moral, melainkan langkah strategis yang tak terelakkan
Pengakuan ini adalah langkah simbolis, meski tidak serta merta mengubah keadaan di lapangan.
Tetapi pesan yang disampaikan sangat jelas; Palestina tidak lagi bisa dipinggirkan.
Mereka mulai diterima sebagai entitas yang sah di panggung global.
Tentu saja, langkah ini mengundang reaksi keras dari pihak yang lebih konservatif.
Marco Rubio, yang kini memegang kendali kebijakan luar negeri AS, menyebut pengakuan Palestina sebagai “tidak relevan” dan “berbahaya”.
Menurutnya, langkah tersebut hanya memperburuk keadaan dan memberikan “hadiah” kepada Hamas yang tidak seharusnya diterima.
Bagi Rubio dan para sekutu Trump, mencapai perdamaian melalui pengakuan negara Palestina adalah jalan pintas menuju kehancuran.
Mereka percaya bahwa yang paling penting adalah mempertahankan dominasi Israel, meskipun hal itu berarti memperpanjang konflik yang tak berujung.
Namun, di luar dari pertarungan politik ini, dunia internasional semakin mendesak Israel untuk mempertimbangkan kembali pendekatannya.
Inggris, meskipun lebih berhati-hati, telah menyatakan bahwa jika Israel gagal memenuhi persyaratan tertentu dalam proses perdamaian, maka mereka akan mengakui Palestina sebagai negara penuh.
Hal ini mengindikasikan bahwa, meskipun ada ketidakpastian, dunia tidak bisa terus menunda solusi dua negara yang adil.
Dari sisi yang lebih moderat, Ami Ayalon tidak hanya mendapatkan dukungan dari tokoh-tokoh seperti dua mantan perdana menteri yang sangat berpengaruh, Ehud Barak dan Shimon Peres.
Cukup banyak politisi Israel lainnya yang telah menyadari bahwa perdamaian dengan Palestina adalah kunci untuk keamanan jangka panjang Israel.
Tzipi Livni, mantan Menteri Luar Negeri Israel, juga mendukung pendekatan diplomatik dan menghargai pentingnya dialog untuk mencapai kesepakatan dengan Palestina.
Yossi Beilin, mantan Menteri Kehakiman, yang lebih berfokus pada negosiasi damai, menganggap pemukiman di Tepi Barat yang terus berkembang hanya akan memperburuk keadaan dan memperpanjang siklus kekerasan.
Baca juga: Trump Larang Warga Palestina Masuki AS, Termasuk untuk Keperluan Medis dan Studi
Perubahan opini internasional
MSAKA21: Indrapatra, Benteng, Candi, dan Jejak Hindu di Pesisir Aceh - Bagian VIII |
![]() |
---|
Penyakit Akar Busuk Negara dan Tragedi Hari Ini |
![]() |
---|
Naleung Lakoe Vs Bak Asan, Memahami Aksi Demo Agustus 2025 |
![]() |
---|
MSAKA21: Aceh - Roh yang Tak Pernah Mati dan Animisme Ribuan Tahun - Bagian VII |
![]() |
---|
20 Tahun Aceh Damai: Gen Z, Egepe, Pesimisme Konstruktif, dan Imajinasi Tragis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.