Breaking News

Jurnalisme Warga

Bisakah Obat Kumur Menghapus Karang Gigi?

jika Anda bertanya-tanya mengapa karang gigi masih menumpuk meskipun Anda rutin menggunakan obat kumur

Editor: mufti
IST
CUT RENAYA AKIRA KESYA, S.K.G., Mahasiswi Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, melaporkan dari Banda Aceh 

CUT RENAYA AKIRA KESYA, S.K.G., Mahasiswi Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, melaporkan dari Banda Aceh

Anda mungkin berpikir, "Cukup berkumur, selesai!" Begitulah cara iklan obat kumur sering kali bekerja, menawarkan solusi cepat dan mudah untuk kebersihan mulut. Namun, jika Anda bertanya-tanya mengapa karang gigi masih menumpuk meskipun Anda rutin menggunakan obat kumur, Anda tidak sendirian. Faktanya, karang gigi terbentuk dari plak yang mengeras dan tidak bisa hilang hanya dengan berkumur.

Mari kita selami lebih dalam fakta ilmiah di balik fungsi obat kumur dan mengapa karang gigi memerlukan solusi yang lebih dari sekadar berkumur.

Di masyarakat, ada banyak mitos seputar obat kumur yang perlu diluruskan. Iklan dan testimoni di media sosial sering kali memperkuat mitos-mitos ini, menjauhkan kita dari perawatan yang benar.

• Mitos: Obat kumur bisa menggantikan sikat gigi dan flossing.

-   Fakta: Ini adalah kesalahan paling fatal. Sikat gigi dan flossing adalah fondasi utama dari kebersihan mulut yang efektif. Sikat gigi membersihkan permukaan gigi dari plak dan sisa makanan, sedangkan flossing membersihkan sela-sela gigi yang tidak terjangkau sikat. Obat kumur hanyalah pelengkap untuk membunuh bakteri tambahan dan memberikan kesegaran.

• Mitos: Jika mulut terasa segar, artinya sudah bersih.

- Fakta: Rasa mint yang kuat dan sensasi "bersih" di mulut hanyalah efek kosmetik yang bersifat sementara. Mulut Anda bisa terasa segar, tetapi karang gigi dan plak yang menempel masih tetap ada. Ini bisa menyesatkan dan membuat Anda merasa aman, padahal masalah kesehatan gigi Anda tidak terselesaikan.

• Mitos: Saya bisa menghilangkan karang gigi sendiri di rumah dengan bahan alami.

-   Fakta: Karang gigi adalah endapan yang sangat keras. Tidak ada bahan alami—baik cuka, baking soda, maupun minyak kelapa—yang dapat melarutkan atau mengikis karang gigi secara efektif dan aman. Upaya mandiri semacam ini justru berisiko merusak enamel gigi dan gusi.

Janji manis

Di era modern yang serbacepat, kita terbiasa mencari solusi instan untuk setiap masalah, termasuk kesehatan. Iklan obat kumur memahami betul keinginan ini. Dengan visual yang memikat dan narasi yang meyakinkan, produk ini sering digambarkan sebagai jalan pintas menuju mulut yang bersih dan napas segar tanpa usaha ekstra.

Kita disuguhi narasi bahwa cukup dengan berkumur, gigi akan lebih cerah, gusi lebih sehat, dan semua masalah mulut akan selesai. Masyarakat pun menelan mentah-mentah janji ini.  Namun, di tengah gemerlap iklan tersebut, ada satu hal fundamental yang sering luput dari perhatian: benarkah obat kumur memiliki kemampuan ajaib untuk menghilangkan karang gigi?

Penting bagi kita untuk meluruskan kesalahpahaman ini dengan edukasi kesehatan mulut yang berbasis sains, bukan sekadar janji komersial.

Musuh dalam diam

Sebelum kita membahas efektivitas obat kumur, mari kita pahami dulu apa sebenarnya karang gigi itu. Dalam dunia medis, karang gigi dikenal sebagai ‘calculus’. Karang gigi sering kali disalahartikan sebagai noda biasa atau kotoran yang menempel. Padahal, ia adalah endapan keras yang terbentuk dari plak gigi yang termineralisasi.

Untuk lebih jelasnya, mari kita bedakan ketiganya:

• Plak gigi: Lapisan lengket tak berwarna yang terbentuk terus-menerus di permukaan gigi, terdiri atas bakteri, sisa makanan, dan air liur. Plak inilah yang menjadi cikal bakal masalah.

• Noda gigi: Perubahan warna pada permukaan gigi akibat konsumsi kopi, teh, rokok, atau makanan berwarna. Noda ini umumnya bisa dihilangkan dengan prosedur ‘polishing’ oleh dokter gigi.

• Karang gigi: Plak yang tidak dibersihkan dan mengeras karena proses mineralisasi dari air liur. Karang gigi menempel kuat pada gigi dan tidak bisa dihilangkan dengan hanya menyikat gigi.

Proses pembentukannya dimulai saat plak menumpuk dan bakteri di dalamnya memproduksi asam. Jika plak ini dibiarkan selama 24 hingga 72 jam, mineral dari air liur kita—terutama kalsium dan fosfat—akan bereaksi dengan plak, menyebabkannya mengeras seperti semen. Setelah mengeras, permukaannya menjadi kasar, menjadikannya magnet bagi lebih banyak plak dan bakteri.

Dampak dari karang gigi ini tidak main-main. Ia tidak hanya merusak penampilan gigi, tetapi juga menjadi sumber masalah kesehatan serius. Dampak yang paling umum adalah bau mulut yang persisten, gusi berdarah saat menyikat gigi, serta gusi yang bengkak dan merah, tanda dari gingivitis. Jika dibiarkan, gingivitis dapat berkembang menjadi periodontitis, kondisi peradangan gusi parah yang dapat merusak tulang penyangga gigi, menyebabkan gigi goyang dan pada akhirnya tanggal.

Yang lebih mengkhawatirkan, studi ilmiah modern menunjukkan bahwa bakteri dari peradangan gusi dapat masuk ke aliran darah. Kondisi ini dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit sistemik seperti diabetes, penyakit jantung, stroke, bahkan komplikasi pada kehamilan.

Upaya pencegahan

Pembentukan karang gigi tidak terjadi begitu saja, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pola makan yang tinggi gula dan karbohidrat misalnya, menyediakan "makanan" bagi bakteri di mulut, yang kemudian mempercepat produksi plak. Kebiasaan merokok juga mempercepat proses ini karena zat-zat kimia di dalam rokok memudahkan plak untuk menempel dan mengeras.

Namun, faktor terpenting adalah kebersihan mulut yang tidak optimal. Kurang rajin menyikat gigi atau teknik menyikat yang salah adalah penyebab utamanya. Plak paling sering menumpuk di area yang sulit dijangkau sikat gigi, seperti sela-sela gigi dan di dekat garis gusi. Di sinilah peran penting benang gigi (flossing). Tanpa flossing, sisa-sisa makanan dan plak di sela gigi akan terus menumpuk dan mengeras menjadi karang gigi.

Lalu, bagaimana cara mencegahnya? Jawabannya sederhana: konsistensi. Menjaga kebersihan mulut dengan menyikat gigi minimal dua kali sehari, menggunakan benang gigi setiap hari, dan membatasi konsumsi makanan manis adalah langkah-langkah preventif yang paling efektif.

Fungsi obat kumur

Obat kumur bukanlah produk ajaib, melainkan produk dengan fungsi spesifik. Secara umum, ada dua jenis utama obat kumur: kosmetik dan terapeutik. Obat kumur kosmetik hanya berfungsi menyegarkan napas dan menutupi bau mulut untuk sementara. Sedangkan obat kumur terapeutik memiliki kandungan aktif yang memberikan manfaat kesehatan.

Kandungan umum dalam obat kumur terapeutik, antara lain:

• Antiseptik dan antibakteri: Seperti chlorhexidine dan cetylpyridinium chloride, berfungsi membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri penyebab plak dan bau mulut.

• Minyak esensial (essential oils): Seperti menthol, eucalyptol, thymol, dan methyl salicylate, yang juga memiliki sifat antibakteri.

• Fluoride: Untuk membantu memperkuat enamel gigi dan mencegah gigi berlubang.

Jadi, apa manfaat nyata obat kumur? Manfaatnya sangat membantu, tetapi terbatas. Obat kumur efektif untuk menyegarkan napas, membunuh bakteri di area yang sulit dijangkau oleh sikat gigi, mengurangi plak ringan sebelum mengeras, dan membantu menangani sariawan atau iritasi mulut ringan. Namun, obat kumur sama sekali tidak memiliki kemampuan mengikis atau mengangkat karang gigi yang sudah terbentuk.

Lalu, mengapa obat kumur tidak efektif menghilangkan karang gigi?

Alasan mengapa obat kumur tidak bisa membersihkan karang gigi sangatlah sederhana. Ini adalah fakta ilmiah yang tak terbantahkan.

Pertama, struktur karang gigi sangat keras dan menempel kuat pada permukaan enamel gigi. Ia bukan sekadar sisa makanan, melainkan endapan mineral yang telah mengkristal.

Kedua, obat kumur bersifat cair. Ia tidak memiliki efek mekanis atau abrasif—seperti sikat gigi, benang gigi, atau alat scaler—yang dibutuhkan untuk memecah dan melepaskan endapan sekeras itu. Menggunakan obat kumur untuk menghilangkan karang gigi sama sia-sianya dengan mencoba membersihkan karpet kotor hanya dengan menyemprotkan air. Tanpa gesekan atau tenaga mekanis, kotoran tidak akan terangkat.

Singkatnya, obat kumur membersihkan apa yang lunak (plak), tetapi tidak berdaya melawan apa yang sudah mengeras (karang gigi). "Obat kumur tidak memiliki bahan abrasif atau mekanisme fisik yang diperlukan untuk memecah ikatan karang gigi dengan permukaan gigi," Itulah mengapa satu-satunya cara untuk membersihkan karang gigi adalah dengan prosedur scaling profesional.

Salah persepsi

Sayangnya, pemahaman yang salah tentang obat kumur sudah mengakar kuat di masyarakat. Ini adalah beberapa persepsi yang paling sering terjadi:

• Obat kumur adalah pengganti sikat gigi dan flossing. Ini adalah kesalahan paling fatal. Sikat gigi dan flossing adalah fondasi utama kebersihan mulut. Obat kumur hanyalah pelengkap.

• Rasa segar berarti gigi sudah bersih. Rasa mint yang kuat dan sensasi "bersih" hanyalah efek kosmetik. Mulut Anda bisa terasa segar, tetapi karang gigi dan plak masih menumpuk.

• Semakin sering berkumur, semakin sehat. Penggunaan obat kumur yang berlebihan, terutama yang mengandung alkohol, justru dapat menyebabkan mulut kering (xerostomia), yang ironisnya dapat meningkatkan risiko kerusakan gigi dan infeksi.

Terbentuk cepat

Selain kebiasaan berkumur yang salah, ada beberapa faktor lain yang mempercepat pembentukan karang gigi:

• Pola makan: Konsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat yang sering, karena gula adalah "makanan" favorit bakteri.

• Teknik menyikat gigi yang salah: Menyikat gigi terlalu cepat, tidak membersihkan seluruh permukaan, atau menggunakan sikat gigi yang sudah usang.

• Tidak flossing: Plak paling sering menumpuk di sela-sela gigi, area yang tidak bisa dijangkau sikat. Flossing adalah satu-satunya cara efektif untuk membersihkannya.

• Merokok: Asap rokok mengandung zat yang mempercepat pembentukan plak dan karang gigi.

• Kurang air liur: Kondisi mulut kering (xerostomia) membuat plak lebih mudah menempel.

Upaya pencegahan

Jika Anda sudah memiliki karang gigi, jangan panik. Ada solusi efektif yang tersedia, yaitu ‘scaling’ gigi. Prosedur ini adalah prosedur medis ringan yang dilakukan oleh dokter gigi atau ‘dental hygienist’. Dengan menggunakan alat ultrasonik yang bergetar cepat atau alat manual, mereka akan memecah dan mengangkat karang gigi yang menempel di gigi Anda.

Mengenai mitos bahwa scaling merusak gigi, ini tidak benar. Alat yang digunakan dirancang untuk memecah karang gigi tanpa merusak enamel gigi. Setelah ‘scaling’, gigi mungkin terasa lebih sensitif untuk sementara karena karang gigi yang menutupi bagian sensitif gusi telah diangkat, tetapi ini adalah sensasi normal yang akan hilang dalam beberapa hari. Frekuensi anjuran scaling adalah setiap enam bulan sekali.

Edukasi

Meluruskan persepsi ini membutuhkan usaha kolektif. Produsen iklan harus lebih bertanggung jawab dalam menyampaikan klaim produk. Media memiliki peran besar dalam menyajikan informasi kesehatan yang akurat dan berbasis sains. Pemerintah dan asosiasi profesi, seperti Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), perlu lebih gencar melakukan kampanye edukasi tentang kesehatan mulut.

Penutup

Kesehatan mulut bukanlah sesuatu yang bisa diselesaikan dengan solusi instan. Jangan terbuai oleh janji-janji manis di media sosial atau iklan. Merawat gigi adalah investasi jangka panjang. Obat kumur memiliki peran, tetapi ia bukan penyelamat utama. Ia hanyalah pelengkap dalam rutinitas harian Anda.

Pastikan Anda menyikat gigi dengan benar, melakukan flossing setiap hari, dan yang paling penting, jadwalkan kunjungan rutin ke dokter gigi setidaknya dua kali setahun. Hanya dengan kombinasi ini, Anda bisa memastikan mulut Anda tidak hanya terlihat segar, tetapi juga benar-benar sehat dari dalam.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved