Jurnalisme Warga
Pesan Takwa Dalam Pembelajaran Konsep Limit
DALAM pembelajaran matematika, limit merupakan salah satu materi yang dipelajari di sekolah menengah atas (SMA) sederajat.
Dalam Al-Qur'an ada banyak ayat berisi seruan ketakwaan, begitu juga dengan hadis Nabi Muhammad saw. dengan berbagai level/ tingkat kesahihannya mengabarkan dan menjelaskan perihal takwa.
Pada kesempatan ini, saya menukil Surah Ali Imran ayat 102.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam."
Dalam ayat di atas ada perintah yang sangat jelas bagi orang-orang beriman untuk bertakwa dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya (haqqa tuqaatih).
Ketika ayat ini turun dan disampaikan Nabi Muhammad kepada para sahabat radiyallahu’anhum, kemudian para sahabat bertanya, “Ya Rasullullah, siapa yang kuat melakukannya?”
Dari pertanyaan tersebut terkesan bahwa para sahabat “pesimis” dengan kadar ketakwaan seperti yang mereka telah pahami. Yaitu, kadar takwa sebenar-benarnya ialah taat kepada Allah Swt., tanpa melakukan maksiat, selalu bersyukur kepada-Nya, tidak kufur, dan selalu mengingat-Nya tanpa lalai.
Kadar ketakwaan yang demikian adalah kadar ketakwaannya Nabi saw. yang mustahil bisa dicapai oleh manusia biasa yang kadar keimananya kadang naik dan kadang turun. Kemudian, turun firman Allah Swt. pada Surah At-Taghabun ayat 16, "Bertakwalah kepada Allah sekuat kemampuanmu!" Pada ayat ini dapat dipahami kadar takwa yang meringankan dan memudahkan umat sehingga capaian takwa bisa didapatkan sesuai kadar maksimal kemampuan masing-masing (masthat’atum).
Dalam tafsir Jalalain disdbutkan bahwa ayat 16 Surah At-Taghabun menghapus (nasakh) ayat 102 Ali Imran. Sedangkan dalam kitab tafsir yang lain, misalnya tafsir Ibnu Katsir, Imam At-Thabari dan tafsir Al-Munir Prof Wahbah Zuhaily, menukil pendapat Ibnu Abbas ra. bahwa ayat 102 Surah Ali Imran ini tidak di-nasakh oleh Surah At-Taghabun ayat 16. Karena maksud bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa adalah berusaha dalam ketakwaan dengan bersungguh-sungguh, tidak berpaling dari Allah karena celaan orang-orang yang mencela dan senantiasa menegakkan keadilan.
Terlepas dari perbedaan penafsiran di kalangan ulama, mereka sepakat bahwa perintah takwa yang harus dilakukan adalah dengan perbuatan terbaik (amal saleh) yang mampu mendekatkan kepada kadar ketakwaan sebenar-benarnya.
Inilah pesan takwa yang bisa dimaknai melalui konsep limit. Sebagaimana limit dalam matematika yang menyatakan perilaku fungsi yang semakin mendekat pada sesuatu nilai tertentu saat variabel independennya mendekati suatu titik tertentu, walaupun nilai tersebut tidak mungkin untuk dicapai.
Begitulah ketakwaan, yaitu perbuatan orang-orang beriman yang sesuai dengan ajaran Islam--melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah--yang terus dilakukan semakin mendekatkannya pada takwa yang sebenar-benarnya (haqqa tuqaatih), walaupun ketakwaan yang sempurna tidak mampu dicapai.
Pesan takwa ini mendorong murid untuk bersungguh-sungguh sesuai kemampuan (masthat’atum) mengarahkan perbuatan mereka kepada perbuatan terpuji untuk semakin dekat kepada ketakwaan. Allah tidak memerintahkan ketakwaan yang tidak mungkin dicapai oleh hamba-Nya.
Pembelajaran dengan mengaitkan dan mengintegrasikan nilai-nilai Islam sangat dibutuhkan oleh murid. Nilai-nilai ini akan menjadi pemahaman dan kaidah bagi murid dalam memilih dan menilai perbuatan mereka.
Di tengah gempuran informasi melalui media sosial yang sulit untuk diverifikasi kebenarannya, peran guru dalam menanamkan nilai kebenaran dan karakter di ruang-ruang kelas adalah salah satu ikhtiar yang tidak bisa ditawar.
Pengaitan dan pengintegrasian Islam dalam berbagai mata pelajaran juga diarahkan agar terwujud pembelajaran yang bermakna serta menggugah kesadaran murid untuk terus belajar. Tentunya, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru untuk menghadirkannya dalam pembelajaran.
Keberadaan komunitas belajar (Kombel) dan forum-forum musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) menjadi wadah yang tepat untuk berbagi inspirasi dan motivasi. Di samping itu, kuantitas dan kualitas literasi guru juga menjadi isu yang perlu carikan solusinya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.