Kupi Beungoh

Serakahnomic: Teori Ditolak, Praktek Menjamur?

Demokrasi dibeli, hukum dijual-beli, birokrasi dirampok korupsi, itulah wajah Serakahnomic, ekonomi rakus yang menjerat nurani bangsa.

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/HO
Dr. Muhammad Nasir, Dosen Magister Keuangan Islam Terapan Politeknik Negeri Lhokseumawe; Peneliti Sosial Kemasyarakatan; Pembina Yayasan Generasi Cahaya Peradaban. 

Sebaliknya, penyalahgunaan kuasa merusak moral dan menebar ketidakadilan.

Kebahagiaan sejati lahir dari memberi dan melayani, bukan menumpuk harta atau menindas orang lain.

Baca juga: Detik-detik Prabowo Gebrak Mimbar di Parlemen, Peringatkan Pengusaha Serakah yang Tipu Rakyat

Ekonomi dan Politik Berbasis Moral Qana’ah dan Zuhud

Indonesia kaya, tapi hati sering miskin: miskin kesederhanaan, miskin kejujuran, miskin kepuasan.

Qana’ah, kesederhanaan hati, adalah pangkal kebahagiaan dan benteng moral melawan kerakusan.

Allah SWT menegaskan:  “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan cara yang batil...” (QS. Al-Baqarah: 188)

Rasulullah SAW:  “Kekayaan sejati bukan banyaknya harta, melainkan hati yang puas.” (HR. Bukhari-Muslim)

Zuhud menempatkan ridha Ilahi di atas harta dan pangkat.

Pemimpin dan masyarakat yang zuhud hidup sederhana tanpa kehilangan martabat.

Ibn Qayyim menegaskan qana’ah dan zuhud sebagai perisai moral, Yusuf al-Qaradawi menekankan kesederhanaan hati sebagai fondasi tata kelola adil dan bersih.

Menjemput Barakahnomic

Mega-korupsi, Pilkada mahal, dan hukum bocor adalah wajah Serakahnomic.

Obatnya: Barakahnomic, ekonomi berkah berbasis distribusi adil, tata kelola bersih, dan kedermawanan sosial.

Digitalisasi anggaran, integrasi ZISWAF, profesionalisasi wakaf, serta pendidikan qana’ah menutup celah kerakusan. Empat ratus enam puluh ribu titik tanah wakaf menunggu diberdayakan.

Pilihan di tangan kita: terus dijerat Serakahnomic, atau menjemput Barakahnomic ekonomi adil, bersih, menenteramkan jiwa, dan menumbuhkan kebahagiaan sejati.

Allah SWT berfirman: “Sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami limpahkan berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A‘raf: 96)

Sejarah memberi peringatan: Qarun ditelan bumi karena menimbun harta, Fir’aun tenggelam ke laut karena pongah kuasa.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved