Kupi Beungoh
Lebih dari Sekadar Angka: Mengapa Kualitas Persalinan Ibu di Daerah Terpencil Masih Menjadi Taruhan?
Tiga penyebab ini sebenarnya bisa dicegah dengan deteksi dini, rujukan cepat, dan intervensi yang tepat. Namun, sistem kesehatan kita sering kali..
Telemedicine, aplikasi rujukan cepat, dan call center kegawatdaruratan bisa memangkas waktu. Keempat, Alokasi anggaran berbasis keadilan. Daerah terpencil harus mendapat prioritas anggaran kesehatan, bukan hanya kota besar. Kelima, Kampanye kesadaran masyarakat. Keluarga harus memahami tanda bahaya kehamilan dan tidak menunda rujukan.
Kematian Khairunnisa bukan hanya duka keluarganya, melainkan luka bagi kita semua. Masyarakat perlu ikut berperan: mendukung ibu hamil untuk periksa rutin, mendorong keluarga agar memahami tanda bahaya kehamilan, dan menguatkan budaya peduli sesama.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan seluruh manusia.” (QS. Al-Maidah: 32). Ayat ini seharusnya menjadi pegangan kita dalam melihat setiap nyawa sebagai sesuatu yang berharga, bukan sekadar angka dalam laporan tahunan.
Maka, setiap ibu yang selamat melahirkan adalah kemenangan kita bersama. Sebaliknya, setiap nyawa yang hilang adalah kegagalan kita semua, baik sebagai tenaga kesehatan, pemerintah, maupun masyarakat.
Sebagai penutup, tragedi persalinan di Aceh adalah cermin rapuhnya sistem kesehatan kita.
Namun, di balik duka, selalu ada kesempatan untuk berbenah. Kita tidak boleh lagi menganggap kematian ibu sebagai hal yang biasa, lumrah atau sekadar takdir. Setiap nyawa adalah amanah, dan setiap ibu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak, di manapun ia berada. Kita perlu menuntut sistem yang lebih siap, lebih adil, dan lebih sigap.
Lebih dari sekadar angka, kualitas layanan persalinan adalah ukuran keberpihakan negara terhadap warganya. Mari kita bersuara, mendorong perubahan, dan memastikan tidak ada lagi ibu yang harus mempertaruhkan nyawanya hanya karena dilahirkan di tempat yang salah.(*)
Penulis:
Dr. Maharani, S.ST, M.Keb, Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Aceh.
Dr. dr. Sutrisno, Sp.OG, Subsp.FER., Dosen Magister Kebidanan/ Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.