MSAKA21: Dakwah dan Penaklukan: Jejak Islam dari Peureulak ke Afrika Utara - Bagian XV

Proses Islamisasi di Afrika Utara berlangsung dalam konteks militeristik dan politik.

Tentara Muslim menaklukkan kota demi kota, menggantikan sistem hukum lama dengan hukum Islam, dan mengubah struktur sosial.

Tapi meski wilayahnya cepat dikuasai, perubahan keagamaannya tidak terjadi seketika.

Penduduk lokal tetap memeluk agama lamanya selama beberapa generasi, membayar jizyah untuk mempertahankan keyakinan mereka.

Baru setelah beberapa abad, ketika institusi pendidikan Islam berkembang, bahasa Arab menjadi lingua franca, dan peran ulama mulai mendominasi ruang publik.

Dalam perjalanannya, Afrika Utara berubah menjadi kawasan Muslim secara mayoritas.

Namun, karakter Islam di wilayah ini dibentuk oleh watak awal penaklukannya, formalistik, institusional, dan cenderung berorientasi kekuasaan.

Islam di Afrika Utara sering terikat pada legitimasi politik dan negara, dan karena itu pula, ekspresi keagamaannya kadang-kadang menjadi kaku, tunduk pada otoritas dan tekanan struktur.

Bandingkan dengan bagaimana Islam menyebar ke Nusantara, terutama ke Peureulak, yang kini berada di wilayah timur Aceh.

Di sinilah perbedaan paling mencolok terlihat.

Datang dengan Damai

Islam datang ke Nusantara bukan dengan pasukan berkuda, bukan dengan perang, bukan dengan ultimatum.

Ia datang melalui para pedagang, pelaut, dan penyebar ajaran yang sabar.

Peureulak menjadi pelabuhan strategis yang ramai sejak abad ke-9 M, dikunjungi saudagar Muslim dari Gujarat, Yaman, dan Persia.

Dalam pelayaran antar bangsa itu, bukan hanya rempah yang dibawa, tapi juga nilai-nilai baru: keadilan, keesaan Tuhan, adab, serta semangat kesetaraan dalam Islam.