Kupi Beungoh
Peluang dan Tantangan Moderasi Beragama
Moderasi beragama kini menjadi salah satu gagasan kunci dalam menjaga persatuan bangsa dan membangun peradaban
Tantangan terakhir yang tak kalah penting adalah semakin kuatnya penetrasi simbol-simbol agama di ruang publik.
Di satu sisi, hal ini menunjukkan kebebasan berekspresi, tetapi di sisi lain berpotensi menimbulkan segregasi sosial ketika simbol-simbol tersebut dijadikan alat politik.
Polarisasi akibat politisasi agama menjadi ancaman serius bagi moderasi beragama karena menggeser orientasi spiritual menjadi sekadar perebutan pengaruh.
Dalam situasi demikian, negara perlu menjaga keseimbangan antara kebebasan beragama dan netralitas ruang publik agar agama tetap menjadi sumber moralitas, bukan sumber konflik.
Moderasi beragama merupakan proses panjang yang membutuhkan kesabaran, kebijaksanaan, dan komitmen kolektif. Ia tidak hanya menuntut peran pemerintah, tetapi juga partisipasi aktif masyarakat, tokoh agama, dan dunia pendidikan. Peluang untuk mewujudkannya sangat besar, mengingat Indonesia memiliki warisan budaya toleransi dan sistem nilai yang kokoh dalam Pancasila.
Namun, peluang itu hanya akan menjadi kenyataan jika tantangan-tantangan yang ada dihadapi dengan kebijakan yang inklusif, pendidikan yang mencerahkan, serta semangat kemanusiaan yang tulus.
Penulis adalah Dosen Prodi SAA Fak. Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry dan Instruktur Moderasi Beragama Nasional
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.